
Sempat Tertekan, IHSG Berakhir Menguat di Perdagangan Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada penutupan perdagangan sesi pertama Kamis (7/4/2022), karena investor masih optimistis melihat pertumbuhan kinerja emiten sekalipun terjadi pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS).
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, indeks acuan utama bursa nasional tersebut berakhir menguat 17,87 poin (+0,25%) ke 7.122,083 pada penutupan sesi pertama. Sebanyak 237 saham menguat, 252 lain melemah, dan 182 sisanya flat.
Dibuka naik 0,15% ke 7.115,087, IHSG sempat terkoreksi dan menyentuh zona merah sekali dan sekaligus menjadi level tertinggi hariannya, yakni pada 7.097,904 beberapa menit usai pukul 09:00 WIB. Selepas itu, indeks bangkit dan bertahan di teritori positif hingga menyentuh level tertinggi harian pada 7.144,626 pukul 10:12 WIB.
Nilai perdagangan tercatat sebesar Rp 7 triliunan dengan melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 860 ribuan kali. Investor asing masih setia mencetak pembelian bersih (net buy), kali ini senilai Rp 217,29 miliar di pasar reguler.
Saham yang mereka buru terutama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 73,2 miliar dan Rp 68,7 miliar. Keduanya menguat masing-masing sebesar 0,87% ke Rp 4.640 dan 1,13% ke Rp 4.480/saham.
Sebaliknya, saham yang mereka lego adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 53,9 miliar dan Rp 29,7 miliar. Keduanya tertekan masing-masing sebesar 1,99% ke Rp 27.075 dan 0,98% ke Rp 3.040/unit.
Transaksi terbesar dibukukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 560,8 miliar dan Rp 330,6 miliar. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 269,7 miliar.
Pelaku pasar nasional tidak terlalu merespons rilis risalah rapat Maret bank sentral Amerika Serikat, yang menguak sinyal bahwa bank sentral terkuat di dunia itu berencana menjual surat berharga.
Nilainya ditargetkan mencapai US$ 95 miliar (Rp 1.360 triliun) per bulan, yang berarti sangat agresif karena berbalik dari posisi tahun lalu yang masih getol koleksi surat utang untuk memasok dana murah di pasar.
Pasar juga menafikan kabar buruk melemahnya cadangan devisa sebesar US$ 2,3 miliar sepanjang bulan lalu. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir Maret 2022 sebesar US$ 139,1 miliar. Anjlok US$ 2,3 miliar dari bulan sebelumnya.
"Penurunan posisi cadangan devisa pada Maret 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah," demikian tertulis keterangan BI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1