
IHSG Rekor Lagi! Saham JAYA Jadi Tercuan, LUCY Terboncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menguat dan kembali mencetak rekor tertinggi barunya pada perdagangan Selasa (5/4/2022) kemarin.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,45% ke level 7.148,299. Lagi dan lagi, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi (all time high/ATH) barunya kemarin.
Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 12,5 triliun.
Investor asing belum bosan memburu saham-saham RI, di mana asing membeli bersih (net buy) hingga nyaris Rp 1 triliun atau tepatnya sebesar Rp 917,07 miliar di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 603,57 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 313,5 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Di tengah kembali menghijaunya IHSG dan terus mencetak ATH baru, beberapa saham menjadi top gainers pada perdagangan kemarin.
Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.
![]() |
Di posisi pertama terdapat saham emiten transportasi dan logistik yakni PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA), yang ditutup melesat 27,74% ke level harga Rp 175/saham pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi saham JAYA pada perdagangan kemarin mencapai Rp 30,21 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 180,32 juta lembar saham. Investor asing melakukan pembelian bersih di saham JAYA sebesar Rp 37,3 juta di pasar reguler.
Perseroan berencana melakukan public expose pada Rabu, 20 April mendatang, di mana public expose ini direncanakan membahas kinerja perseroan tahun 2021 dan target perseroan ke depannya.
Sebelumnya, kinerja keuangan saham JAYA pun terbilang apik pada tahun 2021, di mana perseroan berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,69 miliar. Angka ini naik cukup pesat yakni sebesar 88,41%, dari sebelumnya pada tahun 2020 sebesar Rp 3,02 miliar.
Seiring meningkatnya laba bersih perseroan, pendapatan JAYA juga naik sebesar 10,63% menjadi Rp 72,43 miliar, dari sebelumnya pada tahun 2020 sebesar Rp 65,47 miliar.
Sementara itu, beban pendapatan JAYA juga naik sebesar 9% menjadi Rp 50,09 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 45,95 miliar di tahun 2020.
Dari pos beban umum dan administrasi JAYA dilaporkan naik tipis menjadi Rp 15,09 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 14,55 pada tahun 2020. JAYA juga berhasil menekan beban bunga hingga mencapai 46,63%, dari sebelumnya sebesar Rp 2,38 miliar pada tahun 2020, menjadi Rp 1,27 miliar pada tahun 2021.
Sedangkan dari bagian neracanya, pada akhir tahun 2021, total aset JAYA melesat 48,38% menjadi Rp 121,94 miliar, dari sebelumnya pada akhir tahun 2020 sebesar Rp 82,2 miliar. Sementara liabilitas perseroan mengalami penurunan sebesar 24,11% menjadi Rp 11,73 miliar pada akhir tahun 2021.
Selain saham JAYA, di posisi kedua terdapat saham emiten penjualan dan distribusi produk fotografi yakni PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI), yang harga sahamnya melesat 24,85% ke posisi harga Rp 2.060/saham.
Nilai transaksi saham KONI pada perdagangan kemarin mencapai Rp 409,42 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 208,8 ribu lembar saham. Investor asing juga melakukan pembelian bersih di saham KONI sebesar Rp 150 ribu di pasar reguler.
Pada 2 Februari lalu, perseroan telah melaksanakan public expose insidentil, di mana pembahasan public expose ini terkait dengan prospek perseroan pada tahun 2022.
KONI optimis dapat membukukan pendapatan hingga Rp 133 miliar pada tahun 2022, atau tumbuh 30% dari tahun 2021 lalu. Perseroan akan mengandalkan penjualan produk digital printing sebagai produk utamanya.
Semenjak didirikan pada tahun 1987, KONI telah menggeluti industri perdagangan produk-produk dan peralatan fotografi, seperti foto printer & media cetak, bahan advertising (outdoor & indoor promotion), dan medical x-ray film.
KONI merupakan perusahaan distributor seputar alat-alat fotografi dan percetakan. Sebanyak 99% produk-produk penjualan perusahaan ini adalah barang impor dari Amerika Serikat (AS), Jepang, China, Malaysia dan lain-lain.
Produk-produk dari KONI antara lain Mitsubishi color paper, Dye sub printer DNP & media cetak, Inkjet paper, Flexi banner, Medical X-ray film, Mesin mini-lab Noritsu, dan Chemical Sakura.
Dari sekian produk KONI tersebut, prospek usaha digital printing KONI yakni flexi banner merupakan produk yang paling diminati. Meski berada di masa pandemi virus corona (Covid-19), banyak kalangan masih membutuhkan layanan digital printing seperti spanduk, vinyl sticker, sticker untuk labelling dan lain lain.
Berdasarkan indeks penjualan, dalam tiga tahun terakhir performa penjualan flexi banner KONI terus berkembang. Pada tahun 2019, indeks penjualan flexi banner berada di angka 100,0%.
Kemudian pada tahun 2020, indeks penjualan flexi banner naik menjadi 100,2%. Sementara itu, pada tahun 2021, indeks penjualan meningkat menjadi 139,5%.
Adapun saham-saham top gainers lainnya yakni saham emiten penyedia metaverse yang baru melantai di bursa pada Senin kemarin yakni saham PT WIR Asia Tbk (WIRG) yang melesat hingga 24,78% ke level Rp 282/saham.
Kemudian ada saham emiten pengolahan distribusi hasil perikanan (rajungan dan makanan laut beku) yakni PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO) yang melonjak 19,61% ke level Rp 61/saham, dan diposisi kelima ada saham emiten real estate dan jasa konstruksi yakni PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) yang melompat 16,86% ke posisi Rp 402/saham.
Namun ada beberapa saham yang menjadi top losers saat IHSG kembali mencetak ATH barunya kemarin.
Berikut sepuluh saham yang menjadi top losers pada perdagangan Selasa kemarin.
![]() |
Di posisi pertama terdapat saham emiten pengelola bar dengan nama Lucy in The Sky yang juga dimiliki oleh artis Wulan Guritno, yakni PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (LUCY).
Saham LUCY sendiri ditutup ambles 9,77% ke level harga Rp 120/saham pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi saham LUCY pada perdagangan kemarin mencapai Rp 1,51 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 12,48 juta lembar saham.
Sebelumnya pada Senin 28 Maret lalu, Komisaris Utama perseroan, Felly Imransyah telah mengundurkan diri dari posisi jabatan tersebut. Pengunduran diri ini efektif berlaku per tanggal 1 April 2022.
Sehubungan dengan pengunduran diri tersebut, penunjukan Komisaris Utama perseroan akan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2022.
Di tengah pengunduran diri Komisaris Utama LUCY, perseroan saat ini sedang merampungkan pembangunan outlet baru yang berlokasi di Cikini dan Pantai Indah Kapuk (PIK).
Rencananya kedua outlet yang baru dibangun tersebut akan mulai dibuka di kuartal kedua dan keempat tahun 2022.
Sedangkan dari saham top losers di posisi kedua, terdapat saham emiten jasa layanan teknologi riset dan pengembangan rekayasa material dan nanoteknologi yakni PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO), di mana harga sahamnya ambrol 7,77% ke posisi harga Rp 95/saham.
Nilai transaksi saham NANO pada perdagangan kemarin mencapai Rp 69,62 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 694,94 juta lembar saham. Investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 491,9 ribu di pasar reguler.
Sebelum menjadi runner up top losers Selasa kemarin, saham NANO juga sempat menduduki posisi pertama saham top losers pada Senin awal pekan ini.
Saham NANO juga masih terbilang baru di bursa, pasalnya saham ini baru melantai di bursa pada awal Maret lalu, yakni 10 Maret 2022.
Sebelumnya, harga penawaran umum (IPO) saham NANO ditetapkan di Rp 100/saham. Bahkan, dalam sepekan terakhir saja, harganya masih mencatatkan koreksi hingga 38,31%. Sejak listing, pergerakannya juga cenderung volatil.
Sementara di posisi ketiga diduduki oleh saham emiten properti yakni PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) yang anjlok 6,9% ke level Rp 675/saham.
Nilai transaksi saham DFAM pada perdagangan kemarin mencapai Rp 12,11 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 15,41 juta lembar saham. Investor asing membeli saham DFAM sekitar Rp 56 ribu di pasar reguler pada Selasa kemarin.
Berikutnya di deretan saham top losers ada saham emiten penyedia jasa provider internet WiFi dan tayangan berbayar yakni PT First Media Tbk (KBLV), yang harga sahamnya ambrol 6,85% ke level Rp 272/saham.
Adapun di posisi kelima terdapat saham penyediaan listrik, perdagangan, real estate dan infrastruktur, serta jasa konstruksi yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), di mana harga sahamnya merosot 6,82% ke posisi Rp 41.000/saham.
Meski merosot, namun harga nominal saham DSSA masih terbilang paling mahal kedua di bursa setelah saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah