Hentikan Reli 2 Hari, Wall Street Dibuka di Zona Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 April 2022 22:37
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (5/4/2022), di tengah masih munculnya indikator resesi berdasarkan kurva imbal hasil obligasi pemerintah.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 46 poin (-0,1%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang sejam koreksi menjadi 11,74 poin (-0,03%) ke 34.910,14. S&P 500 surut 18,87 poin (-0,41%) ke 4.563,77 dan Nasdaq drop 209,91 poin (-1,44%) ke 14.322,64.

Koreksi terjadi setelah Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan bahwa pihaknya perlu menurunkan neracanya "secara cepat" untuk menekan inflasi. "Inflasi terlalu tinggi dan dan menyimpan risik kenaikan lanjutan," tuturnya, dikutip CNBC International.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), lanjut dia, perlu secara bertahap mendongkrak suku bunga acuan (Fed Funds Rate). Deutsche Bank menjadi bank di Wall Street pertama yang memprediksi resesi AS akhir 2023 atau awal 2024 karena agresivitas The Fed memerangi inflasi.

"Kami melihat dua pertumbuhan kuartalan negatif dan kenaikan angka pengangguran lebih dari 1,5%, sebuah perkembangan yang bisa dibilang sebagai resesi, meski moderat," tulis Deutsche Bank dalam laporan risetnya.

Sinyal resesi terpantau dari terbentuknya kurva inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, di mana yield obligasi tenor 2 tahun berada di 2,461% dan yield obligasi tenor 10 tahun di 2,45%. Yield obligasi tenor 5 tahun melesat ke 2,6%, tapi tenor 30 tahun hanya di kisaran 5,51%.

Saham-saham defensif pun menguat. Johnson & Johnson dan Pfizer tumbuh lebih dari 1,5% Procter & Gamble dan Walmart juga menguat. Sementara saham kapal pesiar Carnival, Norwegian Cruise Line, dan Royal Caribbean melesat lebih dari 3%.

Sebaliknya, saham teknologi yang terimbas kenaikan suku bunga acuan karena getol menerbitkan obligasi hari ini cenderung tertekan. Nvidia ambles 3% diikuti Amazon dan Tesla. Pengecualian terjadi pada Twitter di mana sahamnya masih melesat 3% menyusul kabar Elon Musk akan duduk di dewan direksi perseroan setelah membeli 9,2% saham media sosial tersebut.

Investor juga mengawasi Eropa, karena perang antara Rusia-Ukraina berlarut-larut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjanji untuk mengejar tuduhan kejahatan perang terhadap pasukan Rusia yang dituding menewaskan 300 orang di Bucha, pinggiran kota dekat Kyiv. Rusia membantah itu dan menganggap itu sebagai rekayasa Ukraina. 

Harga minyak yang telah melonjak sejak perang berlangsung dan mengganggu rantai pasokan, kembali naik hari ini. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tumbuh 0,8% dan diperdagangkan sekitar US$104,03/barel. Sementara itu, jenis Brent naik 0,5% ke US$108,09.

Investor masih menunggu risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (6/4) waktu setempat, yang memberikan gambaran lebih lanjut tentang jalur kenaikan suku bunga acuan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular