Inversi Yield Treasury Masih Terjadi, Tapi Harga SBN Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 April 2022 19:45
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (4/4/2022), di tengah terjadinya kembali inversi imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) karena investor kembali memantau kebijakan moneter bank sentral AS.

Mayoritas investor memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan menurunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1, 15, dan 20 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Yield SBN bertenor 1 tahun naik cukup signifikan sebesar 15,4 basis poin (bp) ke level 4,199%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 6,636%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun menguat 1,1 bp ke level 7,229%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melemah 0,4 bp ke level 6,751% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, inversi (inverted) yield obligasi pemerintah (US Treasury) kembali terjadi pada pagi hari ini waktu AS, di mana yield tenor 2 dan 5 tahun kembali berada di atas yield tenor 10 dan 30 tahun.

Data dari CNBC International mencatat yield Treasury tenor 2 tahun naik 1,7 bp menjadi 2,449%, sedangkan yield Treasury tenor 10 tahun naik 2,9 bp menjadi 2,404%.

Sedangkan yield Treasury tenor 5 tahun juga naik 1,8 bp menjadi 2,567% dan yield Treasury tenor 30 tahun menguat 4,6 ke level 2,469%.

Yield Treasury tenor 2-tahun dan 10-tahun, yang merupakan bagian utama dari kurva imbal hasil yang diawasi oleh para investor, kembali terbalik pada hari ini.

Sebelumnya, kurva yield kedua tenor tersebut sempat berbalik pada Kamis pekan lalu, menjadi yang pertama kalinya sejak 2019.

Dari data ketenagakerjaan AS, Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa ada sekitar 431.000 penggajian non pertanian yang bertambah pada bulan Maret, dengan tingkat pengangguran 3,6%.

Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan sekitar 490.000 pekerjaan ditambahkan bulan lalu, dengan tingkat pengangguran 3,7%.

Pembalikan kurva imbal hasil setelah dirilisnya laporan pekerjaan AS terbaru menunjukkan bahwa investor cenderung khawatir dengan data ekonomi yang sudah cukup kuat, di mana hal ini dapat memberi lampu hijau bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk melanjutkan rencana menaikkan suku bunga secara lebih agresif.

Investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam, bahkan mereka lebih khawatir jika ekonomi AS kembali mengalami resesi.

Saat ini, investor di AS menanti rapat dari The Fed terbaru, yang akan dimulai pada Selasa waktu AS dan berakhir pada Rabu siang waktu AS. Sedangkan hasil rapat akan diumumkan pada Rabu pukul 14:00 waktu AS atau Kamis pukul 01:00 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular