Perdagangan Tipis, IHSG Ditutup Melemah 11 Poin di Sesi 1
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbanting ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Senin (4/4/2022), menyusul masih tingginya risiko global di tengah tren kenaikan suku bunga dan inflasi negara maju.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, indeks acuan utama bursa nasional tersebut berakhir melemah 11,37 poin (-0,16%) ke 7.067,392 pada penutupan sesi pertama. Sebanyak 257 saham melemah, 244 lain menguat, dan 180 sisanya flat.
Dibuka naik 0,05% ke 7.082,25, IHSG hanya hanya bisa menyentuh level tertinggi hariannya pada 7.099,050 pukul 09:00 WIB. Selepas itu, indeks berbalik melemah dan bergerak volatil hingga menyentuh level terendah harian pada 7.060,214 pukul 10:12 WIB.
Nilai perdagangan tercatat hanya sebesar Rp 6 triliunan, atau sangat tipis, dengan melibatkan 12 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 825 ribuan kali. Investor asing masih setia mencetak pembelian bersih (net buy), kali ini senilai Rp 122,69 miliar di pasar reguler.
Saham yang mereka buru terutama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 30,8 miliar dan Rp 25,9 miliar. Keduanya menguat, masing-masing sebesar 2,85% ke Rp 2.530 dan 2,51% ke Rp 26.575/saham.
Sebaliknya, saham yang mereka lego terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 42,5 miliar dan Rp 34,8 miliar. Keduanya tertekan, masing-masig sebesar 1,26% ke Rp 100 dan 1,27% ke Rp 7.775/unit.
Transaksi terbesar dibukukan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) dengan nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 301,3 miliar dan Rp 253,4 miliar. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 218,6 miliar.
IHSG terkoreksi di tengah penurunan angka pengangguran yang kian mendorong pertaruhan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal agresif mendongkrak suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) hingga 50 basis poin (Bp) secepatnya pada pertemuan bulan ini.
Kebijakan tersebut bakal semakin memberikan tekanan bagi obligasi pemerintah Indonesia dan rupiah. The Fed akan merilis notula rapat kebijakan moneter edisi Maret pada Kamis (7/4/2022) yang bakal memberikan gambaran seberapa agresif kenaikan suku bunga di tahun ini.
Risiko lain yang masih membayangi adalah lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di China, sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Negeri Panda ini melaporkan ada 13.287 kasus Covid-19 baru yang terdata per Sabtu (2/4/2022) waktu setempat.
Terus menanjaknya kasus Covid-19 bakal mendorong karantina wilayah (lockdown) yang lebih ketat di beberapa wilayah China, sehingga bisa mengaburkan ekspektasi pemulihan ekonomi yang saat ini masih diperberat efek konflik Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)