GoTo Siap Melantai di BEI, Ini Bedanya dengan IPO Bukalapak

Tim Riset, CNBC Indonesia
01 April 2022 06:35
GoTo (Tangkapan layar)
Foto: GoTo (Tangkapan layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) sebentar lagi akan resmi menyandang status perusahaan publik yang sahamnya dapat diperdagangkan di bursa.

Sebagai startup dengan valuasi terbesar di Indonesia, GoTo bukan perusahaan rintisan pertama yang melantai di bursa saham domestik.

Sebelumnya di tahun 2021, tepatnya di bulan Agustus ada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang sudah lebih dahulu melantai di pasar modal Tanah Air.

Ada beberapa perbedaan yang menarik untuk dicermati dari penawaran umum (IPO) kedua startup yang bergerak di sektor new economy ini.

Saat IPO, BUKA mematok harga sahamnya di Rp 850/saham dengan melepaskan 25,76 miliar saham atau setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Proceeds atau raihan dana yang diperoleh BUKA mencapai Rp 21,9 triliun dan menjadi IPO dengan raihan dana terbesar sepanjang sejarah pasar modal RI mengalahkan penawaran umum PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) pada 2008 silam.

Berbeda dengan BUKA, GoTo menawarkan 46,7 miliar saham seri A di harga Rp 338/saham yang berarti total dana yang diperoleh mencapai Rp 15,8 triliun, masih lebih rendah dari BUKA.

Namun secara valuasi saat IPO nilai kapitalisasi pasar GoTo jauh lebih besar mencapai Rp 400,3 triliun sedangkan BUKA saat itu hanya sekitar Rp 87 triliun.

Hal ini juga sangat terkait dengan status kedua startup yang berbeda.

BUKA saat IPO masih menyandang status sebagai unicorn dengan valuasi setidaknya US$ 1 miliar sedangkan GoTo setelah aksi korporasi berupa merger antara Gojek dan Tokopedia sudah menyandang status sebagai decacorn dengan valuasi di atas US$ 10 miliar.

Secara harga, IPO BUKA dan GoTo juga berbeda. Sebelum IPO, BUKA tercatat memiliki ekuitas (modal) senilai Rp 1,71 triliun per buku Maret 2021.

Total saham sebelum IPO mencapai 77,3 miliar. Artinya nilai buku wajar saham (Book Value per Share/BVS) BUKA sebenarnya hanya Rp 22/saham. Saat penawaran umum, harga saham BUKA dipatok di Rp 850/saham.

Sementara untuk kasus IPO GoTo, nilai ekuitasnya berdasarkan laporan keuangan Juli 2021 mencapai Rp 130,5 triliun sedangkan total saham sebelum IPO mencapai 1,14 triliun. Artinya nilai BVS saham GoTo berada di sekitar Rp 115/saham dan ditawarkan di IPO dengan harga Rp 338/saham.

Artinya secara valuasi, penawaran saham GoTo lewat IPO bisa dibilang lebih murah dibandingkan dengan saham BUKA yang bisa dibilang cukup premium.

Perbedaan lain yang mencolok adalah rencana GoTo yang ingin mengakses pendanaan dari investor luar negeri lewat mekanisme dual listing, sementara BUKA hanya fokus mencari pendanaan di pasar modal domestik.

Tidak sampai di situ, meski keduanya menerapkan skema lock up period untuk pemegang saham lama yang tidak boleh menjual sahamnya setelah IPO untuk 8 bulan ke depan.

Bedanya untuk kasus GoTo, semua pemegang saham lama akan terkena lock up period, sedangkan dalam kasus BUKA, pemegang saham lama yang melakukan voluntary lock up dapat menjual 10% sahamnya langsung ke publik sejak hari pertama melantai di bursa sehingga investor-investor lama ini menjadikan BUKA sebagai ajang exit strategy.

Adanya mekanisme greenshoe option juga membuat saham GoTo menjadi lebih menarik. Lewat skema greenshoe ini, kecil kemungkinan nasib harga saham GoTo akan sama dengan BUKA yang terus longsor pasca IPO karena memang disediakan mekanisme stabilisasi agar harga saham tidak jatuh ke bawah harga IPO.

Dengan adanya skema tersebut, tentu akan menjadi lebih menarik terutama bagi investor yang ingin berpartisipasi untuk mendorong kemajuan ekonomi digital di Tanah Air.

Artinya, investor ritel tidak perlu terlalu cemas kalau harga saham GoTo akan ambles signifikan seperti saham BUKA paling tidak dalam 30 hari pertama.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GOTO, Go To The Moon

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular