Harga Minyak Volatil, Wall Street Dibuka dalam Tekanan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
31 March 2022 22:15
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (31/3/2022), di tengah volatilitas harga minyak mentah dunia akibat berlarutnya konflik Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 116 poin (-0,3%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit membaik menjadi 110,72 poin (-0,31%) ke 35.118,09. S&P 500 turun 6,36 poin (-0,14%) ke 4.596,09 dan Nasdaq surut 23,62 poin (-0,16%) ke 14.418,65.

Beberapa saham emiten teknologi berada di bawah tekanan. Saham AMD melemah lebih dari 3% di pembukaan sementara saham HP Inc dan Dell merosot tajam masing-masing sebesar 4,7% dan 5,5% setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat rekomendasi saham tersebut.

Harga minyak merosot tajam, kontrak harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) turun 4% ke US$ 103/barel setelah Presiden AS Joe Biden merencanakan untuk mengeluarkan cadangan minyak dari persediaan nasional sebesar 1 juta barel per hari selama 6 bulan.

Volatilitas harga minyak membayangi pasar saham di mana harga minyak acuan AS tersebut melesat 3% lebih kemarin setelah Jerman mengingatkan risiko pasokan gas karena perselisihan dengan Rusia yang mewajibkan pembayaran gas dalam Rubel, untuk membalas sanksi sepihak Blok Barat yang menggerus kurs mata uang Negeri Berang Merah ini.

"Namun, kita berpikir dari titik sekarang investors pada titik tertentu, akan menyadari: tunggu sebentar, pertumbuhan ekonomi masih lemah dan suku bunga acuan serta inflasi meninggi. Ini masih menjadi situasi menantang bagi bursa saham," tutur Erik Knutzen, Direktur Investasi Neuberger Berman, seperti dikutip CNBC International.

Indeks Dow Jones dan Nasdaq berada di jalurnya untuk menyelesaikan bulan ini dengan kenaikan yang masing-masing sebesar 5%, sedangkan indeks Dow Jones tumbuh hampir 4% secara bulanan.

Untuk kuartal pertama, indeks Dow Jones dan S&P 500 turun, keduanya melemah sebanyak 3%. Hal serupa terjadi pada Nasdaq yang merosot tajam hingga 7% secara kuartalan.

Pergerakan itu terjadi ketika para investor berkutat dengan rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memperketat kebijakan moneter tahun ini guna melawan lonjakan inflasi AS, di tengah perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk.

Data pengangguran mingguan menunjukkan adanya 202.000 pengangguran baru, lebih buruk dari perkiraan ekonom dalam survei Dow Jones yang memprediksi angka 196.000. Upah perorangan tumbuh sesuai ekspektasi sebesar 0,5%.

Sementara itu, belanja konsumen tumbuh di bawah perkiraan dengan Belanja Konsumsi Personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) di angka 5,4% secara tahunan per Februari, atau di bawah ekspektasi pasar di level 5,5%. Indeks ini menjadi acuan penting The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular