Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia akhirnya naik juga. Maklum, harga si emas hitam sudah anjlok selama berhari-hari.
Pada Kamis (31/3/2022) pukul 06:36 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 113,45/barel. Melesat 2,92% dari hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 107,82/barel. Melonjak 3,43%.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah tren koreksi yang lumayan dalam. Meski hari ini menanjak, tetapi harga brent dan light sweet masih membukukan koreksi 7,92% dan 6,45% secara mingguan. Ini menandakan betapa dalamnya 'luka' harga minyak.
Koreksi harga yang sudah dalam tersebut membuat investor kini memandang harga minyak sudah 'murah'. Aksi borong pun terjadi sehingga mendongkrak harga.
Halaman Selanjutnya --> Rusia Masih Gempur Ukraina
Selain faktor technical rebound, harga minyak juga terpengaruh oleh sentimen perang di Ukraina. Meski dialog tengah berlangsung, tetapi Rusia ternyata masih tetap melancarkan serangan terhadap Ukraina.
Dunia sempat 'tergocek' oleh langkah Rusia. Sebelum menyerang Ukraina, Rusia juga pernah menarik mundur pasukannya dari perbatasan. Namun pada 24 Februari 2022, Presiden Vladimir Putin ternyata mengumumkan serangan ke Ukraina yang disebutnya sebagai operasi khusus.
"Setelah sempat terkecoh, pelaku pasar sepertinya tidak akan membuat kesalahan yang sama," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates yang berkedudukan di Illinois, seperti dikutip dari Reuters.
Akibat masih berlangsungnya gempuran ke Ukraina, Rusia terancam terkena sanks baru dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Sanksi beru tersebut akan berfokus untuk mematikan rantai pasok persenjataan Negeri Beruang Merah.
"Kami akan berfokus kepada kemampuan Kremlin untuk mengoperasikan mesin perang mereka," tegas Wally Adeyemo, Wakil Menteri Keuangan AS, sebagaimana diwartakan Reuters.
Perang dan berbagai sanksi terhadap Rusia tentu bakal membuat pasokan minyak dari negara ini kian lama absen di pasar dunia. Artinya pasokan minyak akan tetap ketat sehingga harga tinggi adalah sebuah keniscayaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA