Era Bank Digital, Begini Cara Pemain Menggaet Hati Nasabah
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank digital di Indonesia kini jumlahnya semakin bertambah banyak, mengejar kue yang sama yakni populasi yang masih 'diasingkan' oleh perbankan konvensional.
Bank besar lewat anak usahanya juga tidak ingin ketinggalan di pasar paling menarik di sektor finansial, begitu pula bank kecil yang masih kesusahan memenuhi aturan modal inti dari OJK yang tahun ini ditargetkan senilai Rp 3 triliun.
Beberapa waktu ini empat bank digital telah merilis aplikasi mobile yang merupakan wujud utama bank digital. Keempat emiten tersebut adalah PT Bank Raya Tbk (AGRO), PT Bank Amar Tbk (AMAR), PT Bank Aladin Tbk (BANK) dan PT Allo Bank (BBHI), ungkap riset dari CGS-CIMB.
CGS-CIMB juga mengungkap bahwa menjamurnya bank digital di RI adalah karena lisensi untuk bank konvensional dan digital tidak dipisahkan. Meski kondisi banyak makro yang menguntungkan seperti tingginya populasi masyarakat yang belum tersentuh bank konvensional, aturan yang lebih ramah, kelas menengah yang terus tumbuh dan penetrasi ponsel pintar dan internet tinggi, persaingan di segmen ini diperkirakan akan tetap ketat.
Apalagi mengingat sebelumnya telah ada empat bank digital lain yang telah meluncurkan aplikasi mobilenya yakni Bank Jago, Blu dari BCA, Bank Neo Commerce milik Akulaku dan Seabank yang dimiliki Shopee.
Riset tersebut juga menyebut bahwa teknik penawaran bunga tinggi masih menjadi 'playbook' utama dengan AMAR memberikan penawaran paling agresif yakni sebesar 7% untuk bunga simpanan dan 9% untuk deposito. Angka tersebut juga lebih besar dari penawaran Bank Neo (BBYB) sebesar 8%.
Adapun bunga paling rendah ditawarkan oleh Bank Aladin yang nilainya berkisar 0-3%, sementara Allo Bank menawarkan bunga simpanan 4%, sedikit lebih tinggi dari yang ditawarkan kompetitor utamanya Bank Jago (ARTO) 3,5%.
Riset tersebut juga mengkritisi sejumlah fitur dan promosi yang sama di antara bank digital, termasuk tawaran bunga tinggi yang telah disebutkan. Fitur sama lainnya termasuk kemudahan pembukaan rekening secara online, login biometrik dan fitur kantong untuk memisahkan dana. Sedangkan promosi lain yang ditawarkan adalah gratis biaya transfer.
Dari sekian fitur yang ditawarkan, salah satu terobosan menarik dilakukan oleh Allo Bank yang merupakan pembaharuan dari aplikasi mobile e-money (Allopay), yang mana memberikan keunggulan kompetitif dari bank digital lain. CGS-CIMB mencatat bahwa fitur tambahan yang ditawarkan yang tidak lazim di bank digital lain adalah penarikan tunai tanpa kartu dan QR scanner.
Riset tersebut juga menyerukan agar bank digital dapat lebih inovatif ke depannya. Analis CGS beranggapan bahwa "bank digital bukan perkara meletakkan produk dan layanan bank konvensional menjadi online, seperti yang banyak terjadi."
Adapun tiga catatan penting dalam riset tersebut adalah bank digital harus memberikan inovasi melalui teknologi agar dapat menarik pelanggan dan menumbuhkan kepercayaan, menggunakan teknologi sehingga struktur biaya operasional akan berbeda dengan bank konvensional dan memanfaatkan data dan teknologi untuk dapat mencegah risiko perbankan termasuk mengurangi risiko kejahatan dan gagal bayar.
Terakhir, CGS juga menyebut bahwa ke depan pinjaman digital harus menjadi fitur unggulan. Pemain digital diharapkan dapat mengkapitalisasi transaksi perbankan untuk melakukan scaling ke layanan vertikal yang lebih menguntungkan, seperti investasi dan pinjaman.
Dari bank digital yang telah lahir, tiga di antarnya menawarkan pinjaman dalam satu aplikasi sama yakni BBHI, BBYB dan AMAR. Sementara AGRO menawarkan pinjaman online lewat aplikasi berbeda.
CGS juga mencatat bahwa Allo Bank telah mengintegrasikan fintechnya, Allopay, sebagai fitur layanan pinjaman yang di dalamnya termasuk juga but now pay later (BNPL) dan instatnt cash.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)