Brukkk! Harga Batu Bara Ambruk 3%

Maesaroh, CNBC Indonesia
30 March 2022 06:55
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali jatuh dan melanjutkan tren penurunan yang sudah terjadi dalam tiga hari terakhir. Pada perdagangan Selasa (29/3), harga batu bara untuk kontrak Mei ditutup melemah 3,15% di level US$ 245,6 per ton. Level tersebut adalah yang terendah sejak 21 Maret lalu (US$ 220,6/ton).

Pada Jumat (25/3/2022) dan Senin (28/3/2022), harga batu bara juga melemah di kisaran 4%. Dalam sepekan, harga batu bara sudah turun 9,02% secara point-to-point.



Kian anjloknya harga batu bara tidak bisa dilepaskan dari pergerakan harga komoditas lainnya, terutama minyak mentah dunia. Harga minyak mentah brent untuk kontrak Mei juga melemah 6,7% ke US$ 112,48 per barel pada Senin (28/3/2022) dan pada kemarin turun 2% ke US$ 110,23 per barel.

Loyonya harga komoditas salah satunya dipicu oleh menurunnya ketegangan perang Rusia-Ukraina. Rusia berjanji untuk menghentikan serangan dan aktivitas militer di sekitar Kota Kyiv dan Ukraina utara secara drastis. Langkah itu diambil untuk meningkatkan kepercayaan negara lain bahwa mereka serius dalam pembicaraan damai.

Sementara itu, Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (NDRC) China mengumumkan hasil penyelidikan terhadap 15 penyedia indeks harga batu bara setelah melakukan penyelidikan sejak Oktober lalu. Penyelidikan dilakukan setelah komoditas tersebut melambung tinggi dan adanya gangguan produksi.

NDRC, mengatakan hasil penyelidikan menemukan bahwa penyedia indeks tidak independen di pasar batu bara. Mereka juga berpartisipasi dalam trading.

Kejanggalan lain yang ditemukan adalah penggunaan rumus yang tidak masuk akal untuk menghitung harga, penamaan tidak teratur dari indeks dan kurangnya verifikasi keaslian data saat melaporkan informasi harga. NDRC meminta penyedia jasa tersebut untuk memperbaiki data-data tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular