Lemes... Harga Emas Ambles Karena 'Kopi Darat' Rusia-Ukraina
Jakarta- CNBC Indonesia - Emas masih melanjutkan tren pelemahan yang berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada Selasa (29/3/2022) pukul 14:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.922,71/troy ons. Melemah 0,03%% dari hari sebelumnya.
Pada perdagangan kemarin, harga emas juga melemah signifikan 1,75% ke US$ 1.923,21/troy ons. Dalam sepekan, harga emas sudah turun 1,06% point to point meskipun dalam sebulan masih naik tipis 0,78% dan meningkat 12,31% dalam setahun.
Terus melemahnya harga emas ini tidak bisa dilepaskan dari ekspektasi pasar atas kebijakan The Fed yang makin ketat. Pada pertengahan Maret lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, kenaikan pertama dalam tiga tahun.
Ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan bank sentral Amerika Serikat tersebut akan lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter untuk memerangi inflasi. Pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Mei mendatang.
Jim Wycoff, analis senior dari Kitco Metals, mengatakan meskipun emas dianggap sebagai sarana lindung inflasi tetapi kenaikan suku bunga acuan The Fed membuat logam mulia tersebut ambrol. Kenaikan suku bunga akan mengurangi daya tarik emas karena logam mulia tidak memiliki imbal hasil.
"Sejarah menunjukkan setiap kali tekanan inflasi naik seperti sekarang,logam mulia akan dicari pasar sehingga bisa mendorong kenaikan harganya," tutur Jim Wycoff, seperti dikutip dari Reuters.
Harga emas juga melemah karena berlanjutnya pembicaraan antara kubu Rusia dan Ukraina. Kedua negara yang sedang berperang ini diagendakan akan kembali menggelar pertemuan sebagai bagian dari proses upaya damai antara kedua negara. Pertemuan tatap muka kemungkinan akan digelar di Turki pada Selasa waktu setempat.
"Kita lihat faktor pendorong utama harga emas yang disebabkan ketegangan perang mungkin sudah hilang tetapi masih ada walaupun sedikit. Karena itulah, emas sekarang tengah menghadapi headwind yang signifikan," tutur analis independen Ross Norman, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)