Ada Inversi Yield US Treasury, Harga SBN Kembali Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 28/03/2022 19:00 WIB
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Senin (28/3/2022) awal pekan ini, di tengah munculnya inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 10, 20, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara naik 1 basis poin (bp) ke level 6,715%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun juga naik sebesar 0,4 bp ke level 7,178%, dan yield SBN berjangka waktu 25 tahun menguat 2,2 bp ke level 7,339%.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Meski di dalam negeri selera risiko masih membaik, ditandai dengan cerahnya kembali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tetapi investor juga kembali memburu SBN pada hari ini.

Hal ini terjadi di tengah munculnya inversi yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Inversi yield merupakan fenomena di pasar obligasi pemerintah, di mana yield tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjang.

Inversi yield di AS menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya.

Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Inversi yield US Treasury terakhir kali terjadi di AS pada tahun 2019 lalu, yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Inversi saat ini terjadi pada yield US Treasury bertenor 5 tahun yang sebesar 2,598% sementara tenor 30 tahun berada di level 2,592% per pukul 07:00 waktu AS.

Sementara yield US Treasury berjatuh tempo 2 tahun berada di level 2,34% dan US Treasury bertenor 10 tahun berada di level 2,494% per pukul 07:00 waktu AS.

Inversi yield US Treasury berjangka pendek juga menandakan bahwa investor cenderung khawatir dengan kesehatan ekonomi Negeri Paman Sam dalam jangka pendek.

Meningkatnya inflasi, diperparah oleh masih berlanjutnya perang Rusia-Ukraina telah mengakibatkan meningkatnya kekhawatiran pasar atas potensi perlambatan ekonomi global.

Sunaina Sinha Haldea, kepala penasihat modal swasta global di Raymond James, mengatakan kepada CNBC International bahwa investor harus waspada tentang inversi yield dan memperhatikan posisi portofolio investasi mereka.

"Meskipun saat ini selera risiko membaik dan investor cenderung kembali ke pasar saham, Anda tidak dapat menghindari fakta bahwa soft landing terlihat jauh lebih kecil kemungkinannya daripada sebulan lalu," katanya, mengacu pada upaya bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter untuk meredam efek inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas