Tunggu Rapat NATO, IHSG Masih Susah Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 March 2022 11:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun pada penutupan perdagangan sesi pertama Jumat (25/3/2022), di tengah rapat darurat Blok Barat untuk membahas konflik Ukraina.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir dengan koreksi 60,56 poin (-0,86%) ke 6.989,122 setelah dibuka naik 0,01% ke 7.050,553. IHSG hanya mampu menguat ke titik tertinggi harian di 7.055,341 jelang pukul 09:00 WIB.

Selepas itu, indeks acuan utama bursa nasional ini terus tertekan, hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.979,06 pukul 10:30 WIB. Sebanyak 305 saham anjlok, 195 lain menguat, dan 175 sisanya flat.

Nilai perdagangan tercatat sebesar Rp 7 triliunan dengan melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 770 ribuan kali. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 417,3 miliar di pasar reguler.

Saham yang mereka buru terutama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 111,5 miliar dan Rp 45,6 miliar. Keduanya bergerak berbeda arah di mana BMRI turun 1,26% ke Rp 7.825 sementara INCO menguat 1,11% ke Rp 6.850/saham.

Sebaliknya, saham yang mereka lego terutama adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 41,2 miliar dan Rp 18 miliar. Keduanya turun masing-masing sebesar 1,32% ke Rp 4.500 dan 1,66% ke Rp 7.425/unit.

Transaksi terbesar dibukukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 392,6 miliar dan Rp 323,7 miliar. BMRI menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 299,9 miliar.

Koreksi terjadi setelah Dana Moneter Dunia (International Monetary Fund/IMF) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,4% untuk tahun ini. Proyeksi tersebut memang masih lebih tinggi dari target pemerintah 5,2%, tetapi mengirimkan sinyal buruk bahwa dinamika konflik Ukraina bakal menekan perekonomian Indonesia.

Sementara itu, dari luar negeri masih ada tekanan sentimen di tengah agenda Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk bertemu dengan para pemimpin Aliansi Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaties Alliance/NATO) di Brussel Belgia dalam rapat darurat.

Konflik yang berlarut dan perang sanksi dikhawatirkan melemparkan perekonomian dunia ke jurang resesi yang terutama memukul negara-negara dengan perekonomian yang belum bertumbuh pesat seperti Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Focus: Risiko Inflasi RI Hingga THR dari Emiten

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular