Berupaya Rebound, Wall Street Menguat di Pembukaan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
24 March 2022 22:15
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan Kamis (24/3/2022), menyusul aksi beli di tengah koreksi (buy on weakness).

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 150 poin (+0,4%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi 176,66 poin (+0,51%) ke 34,535,16. S&P 500 naik 28,85 poin (+0,65%) ke 4.485,09 dan Nasdaq tumbuh 74,17 poin (+0,53%) ke 13.996,77.

Saham Uber naik 2% setelah mengumumkan kesepakatan untuk mencatatkan semua taksinya di New York di aplikasi.

Investor memantau konflik Ukraina dan Rusia, di mana pemimpin Aliansi Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaties Alliance/NATO) di Brussel Belgia memberikan dukungan bagi Ukraina dan dan tekanan lebih keras terhadap Rusia.

Mayoritas saham selama sesi perdagangan di pasar reguler seakan mengambil nafas sejenak, di mana harga minyak dan komoditas lain melonjak dan potensi kenaikan suku bunga acuan membuat investor menjadi tidak yakin dengan proyeksi ekonomi di tahun ini.

Harga minyak dunia turun tipis, minyak acuan AS diperdagangkan turun sebanyak 0,5% di US$114,35/barel.

"Gagasan untuk melakukan pendaratan yang halus akan selalu menantang, ketika Anda berpikir tentang kerumitan tambahan dari komplikasi perang Rusia bulan lalu, dan lonjakan harga komoditas membuat bank sentral AS [Federal Reserve/The Fed] sangat sulit untuk mengkalibrasi," tutur Ketua Perencana Makro Wells Fargo Securities Michael Schumacher dikutip dari CNBC International.

Data pekerjaan baru mingguan dan permintaan akan barang tahan lama (durable goods) akan dirilis hari ini pukul 8:30 pagi waktu setempat.

Bursa saham bergerak volatil sejak Senin kemarin setelah bos bank sentral AS Jerome Powell mengatakan bahwa "inflasi terlalu tinggi" dan berjanji mengambil "langkah yang diperlukan" untuk menekannya bahkan jika harus menaikkan lebih dari 25 basis poin (Bp) per kenaikan.

Komentar tersebut mengemuka kurang dari sepekan setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak 2018 menjadi 0,25-0,5%, sehingga pelaku psar kini memperkirakan kenaikan 50 bp dalam waktu dekat.

"Kami pikir peluang kenaikan sebesar 50 bp semakin meningkat," tutur Kepala Ekonom UBS Jonathan Pingle dalam laporan riset yang dikutip CNBC International. Goldman Sachs juga memproyeksikan kenaikan Fed Funds Rate sebesar 50 bp pada Mei dan Juni.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular