Sentimen Pasar Cenderung Beragam, Tapi Yield SBN Bervariasi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 24/03/2022 19:25 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik menguat pada perdagangan Kamis (24/3/2022), di tengah berlangsungnya pertemuan besar antara NATO, Uni Eropa, dan negara-negara yang tergabung dalam Group of Seven (G-7) di Brussel, Belgia untuk membahas lebih lanjut terkait perang Rusia-Ukraina.

Mayoritas investor ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN bertenor 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 30 tahun menguat sebesar 1,6 basis poin (bp) ke level 6,991% pada hari ini.


Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melemah 2,4 bp ke level 6,717% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, sentimen yang datang cenderung positif, di mana tahun ini masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim diperbolehkan untuk melaksanakan mudik saat perayaan Idul Fitri.

Demikianlah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui akun youtube Sekretariat Presiden, Rabu malam.

"Bagi masyarakat yang ingin mudik lebaran juga dipersilahkan diperbolehkan dengan syarat sudah mendapatkan vaksin dan 1 kali booster dan menerapkan protokol kesehatan," jelasnya.

Diperkirakan, 80 juta orang akan melakukan perjalanan pulang kampung saat libur Lebaran tahun ini.

Meski ada kabar positif dari diperbolehkannya mudik, tetapi investor di pasar obligasi pemerintah RI cenderung mengabaikannya dan tetap memburu SBN hari ini.

Sementara itu dari global, sentimen pasar yang hadir cenderung beragam, di mana investor memantau pertemuan besar antara NATO, Uni Eropa, dan negara-negara yang tergabung dalam Group of Seven (G-7) di di Brussel, Belgia.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan para pemimpin aliansi diperkirakan bakal setuju untuk menempatkan lebih banyak pasukan di Eropa Timur. Selain itu, pertemuan NATO tersebut juga akan membahas sanksi baru yang akan diberikan ke Rusia.

Jika itu dilakukan, ketegangan dengan Rusia yang sedang berperang dengan Ukraina tentunya akan semakin tereskalasi, yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Meski begitu, investor di pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) cenderung mengabaikan sentimen dari pertemuan NATO tersebut dan tetap melepasnya.

Hal ini terlihat dari cenderung menguatnya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun pada pagi hari ini waktu AS.

Dilansir dari CNBC International, yield US Treasury bertenor 10 tahun cenderung naik 6,9 bp ke level 2,39% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 2,321%.

Investor di AS masih mengkhawatirkan dari inflasi Negeri Paman Sam yang terus meninggi dan potensi semakin agresifnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menghadapi inflasi yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas