The Fed Kian Agresif, IHSG Terlempar ke Zona Merah di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 23/03/2022 11:45 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlempar ke teritori negatif pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (23/3/2022), menyusul sikap agresif bank sentral Amerika Serikat (AS).

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di 6.988,512 atau melemah 12,31 poin (-0,18%) pada penutupan sesi pertama. Sebanyak 224 saham menguat, 245 lain melemah, dan 201 sisanya flat.

Dibuka menguat 0,14% ke 7.010,839, indeks acuan utama bursa nasional tersebut sempat menguat hingga menyentuh level tertinggi hariannya di 7.022,044 pada pukul 09:05 WIB. Bergerak volatil, IHSG tertekan dan menyentuh level terendah hariannya pada 6.979,872 pukul 11:12 WIB.


Nilai perdagangan sedikit menguat, menjadi Rp 8,6 triliunan dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 830 ribuan kali. Investor asing kali ini mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 183,33 miliar di pasar reguler.

Saham yang mereka buru terutama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 98,2 miliar dan Rp 82,8 miliar. Keduanya bergerak berbeda arah di mana BBRI naik 0,22% ke Rp 4.650 sementara BMRI flat di Rp 7.675/saham.

Sebaliknya, saham yang mereka lego terutama adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 96,1 miliar dan Rp 60,2 miliar. Keduanya turun masing-masing sebesar 3,15% ke Rp 14.600 dan 1,07% ke Rp 2.770/unit.

Transaksi terbesar dibukukan BMRI dan BBRI dengan nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 364,9 miliar dan Rp 331,1 miliar. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 219,9 miliar.

Koreksi terjadi di tengah sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menghadapi inflasi tinggi sebesar 7,9%. Dalam pidatonya di National Association for Business Economics, bos The Fed Jerome Powell mengatakan inflasi AS terlalu tinggi dan bisa membahayakan pemulihan ekonomi.

Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bisa terkendali, bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada kenaikan sebesar 50 basis poin dalam sekali keputusan rapat. Kebijakan ini berpeluang memukul pasar keuangan di negara berkembang akibat pembalikan modal (capital outflow) ke Negeri Sam.

Di sisi lain, perbincangan antara Rusia dan Ukraina seputar gencatan senjata juga masih buntu. Kemarin perang berkecamuk di kota pelabuhan Ukraina yaitu Mariupol, dan Rusia terus melakukan aksi militer meski negosiasi tengah berjalan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor