The Fed Berpotensi Makin Agresif, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 March 2022 18:46
Sun, Ilustrasi Oligasi
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik melemah pada perdagangan Selasa (22/3/2022), karena investor cenderung merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dapat bersikap lebih agresif untuk mengekang inflasi yang terus meninggi.

Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 5 dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 5 tahun turun sebesar 1,5 basis poin (bp) ke level 5,582%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun melemah 0,2 bp ke level 7,308%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik menguat 1 bp ke level 6,73% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Tak hanya investor obligasi pemerintah di RI saja yang cenderung merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), investor obligasi pemerintah di Negeri Paman Sam juga cenderung merespons negatif.

Hal ini terlihat dari cenderung menguatnya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun dan 30 tahun pada hari ini.

Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung naik 2,4 bp ke level 2,341% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin kemarin di level 2,317%.

Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga menguat 2,1 bp ke level 2,557%, dari sebelumnya di level 2,536% pada perdagangan kemarin waktu AS.

Dalam pidatonya di hadapan National Association for Business Economics, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi di AS sudah terlalu tinggi dan bisa membahayakan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam.

Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bisa terkendali, bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan sebesar 50 basis poin (bp).

"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International dan dikutip Selasa (22/3/2022).

Pasca pidato tersebut, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 60% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan depan, setelah menaikkan 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular