
Masih Ada Sentimen Perang, Yield Mayoritas SBN Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Senin (21/3/2022) awal pekan ini, karena investor menimbang kembali sentimen dari konflik antara Rusia-Ukraina.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 5, 20 dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 5 tahun naik sebesar 1,6 basis poin (bp) ke level 5,597%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun menguat 1,1 bp ke level 7,164%, dan yield SBN berjangka waktu 30 tahun bertambah 0,7 bp ke level 6,97%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali turun 0,3 bp ke level 6,72% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari seputar konflik Rusia-Ukraina, Presiden Ukraina Vlodymyr Zelensky memperingatkan bahwa jika dialog damai dengan pemimpin Rusia kembali gagal, maka potensi akan perang dunia ketiga akan semakin membesar.
"Jika upaya damai kembali gagal, maka hal itu berarti perang dunia ketiga dimulai," kata Zelensky dalam wawancara dengan CNN International.
Pejabat Ukraina dan Rusia sudah beberapa kali bertemu dan membahas gencatan senjata dan upaya untuk damai. Namun, dialog keduanya hingga kini masih belum berhasil menuju kata damai.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) cenderung berbalik arah ke zona penguatan pada perdagangan pagi hari waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung naik 3,4 bp ke level 2,182% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat akhir pekan lalu di level 2,148%.
Investor di AS akan mengawasi lebih lanjut tentang rencana kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/ The Fed) ke depannya, setelah The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya pada pekan lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi