Bos The Fed All Out Hadapi Inflasi, Rupiah Wajib Hati-Hati!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat sangat tipis 0,01% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.338/US$ awal pekan kemarin. Meski demikian, rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama yang mampu menguat melawan dolar AS, dan masih bisa berlanjut pada perdagangan Selasa (22/3). Tetapi sama seperti kemarin penguatan rupiah tidak akan mudah, sebab ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, mengatakan akan all out dalam menghadapi inflasi.
Dalam pidatonya di hadapan National Association for Business Economics, Powell mengatakan inflasi di Amerika Serikat terlalu tinggi dan bisa membahayakan pemulihan ekonomi. Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bisa terkendali, bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan sebesar 50 basis poin.
"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/3/2022).
Pasca pidato tersebut, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 60% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan depan, setelah menaikkan 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada pekan lalu.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih bergerak di kisaran rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200 yang membuka peluang penguatan lebih lanjut. Hal ini menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi masih berada di kisaran 50.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu Stochastic pada grafik 1 jam sudah berada di wilayah overbought sehingga membuka peluang penguatan rupiah.
Rupiah kini berada di support Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.280/US$, penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan menuju Rp 14.250/US$ hingga Rp 14.240/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 14.300/US$, rupiah berisiko melemah menuju resisten di kisaran Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.350/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)