
Pekan Lalu Sempurna, Dolar Singapura Akhirnya Turun Juga

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura mencatat pekan sempurna pada pekan lalu melawan rupiah setelah menguat 5 hari beruntun. Pada perdagangan Senin (21/3) pagi, kurs dolar Singapura akhirnya turun juga, meski tidak menutup kemungkinan bisa berbalik arah.
Melansir data dari Refinitiv, pada pukul 10:13 WIB, dolar Singapura ditransaksikan di kisaran Rp 10.568/SG$, melemah 0,1% di pasar spot. Pada pekan lalu dalam 5 hari perdagangan total pengutannya sebesar 0,95%.
Penguatan tajam tersebut sekaligus mengakhiri penurunan dalam 5 pekan beruntun, dan bangkit dari level terendah 4 bulan.
Selain faktor teknikal yang membuat dolar Singapura berhasil bangkit, penguatannya juga dipicu perbedaan outlook kebijakan moneter antara Bank Indonesia (BI) dengan Otoritas Kebijakan Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS).
Seperti diketahui, BI pada pekan lalu mempertahankan suku bunga sebesar 3,5%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry saat konferensi pers pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (17/3).
Dengan inflasi inti yang masih sebesar 2,03% di bulan Februari, berada di batas bawah target BI 3% plus minus 1%, artinya suku bunga belum akan dinaikkan dalam waktu dekat.
Di sisi lain, MAS berpeluang mengetatkan kebijakan moneternya bulan depan. Sejauh ini MAS sudah dua kali mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan slope $SNEER pada pertengahan Oktober lalu, dan awal tahun ini.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Meski sudah mengetatkan lagi kebijakan moneternya dan lebih cepat dari ekspektasi analis, MAS diperkirakan kembali akan melakukannya di bulan April, sebab pengetatan yang dilakukan pada Januari lalu dikatakan "sedikit". Apalagi MAS kemarin mengatakan masih ada risiko inflasi akan kembali menanjak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
