IHSG Senggol 7.000, Lima Saham Ini Malah Masuk Top Loser
Jakarta CNBC Indonesia - Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini tercatat menguat 0,47% atau 32,36 poin ke 6.954,965, lima saham ini justru mencatatkan kinerja saham terburuk dan masuk ke jajaran top loser sepekan.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), lima saham yang masuk ke jajaran peraih kerugian terbesar (top loser)pekan ini bergerak di sektor berbeda-beda. Dua di antaranya terpantau tidak memiliki rencana strategis yang cukup material untuk mempengaruhi pergerakan sahamnya.
Kedua saham tersebut adalah emiten jasa pendidikan dan pelatihan vokasi PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) yang baru saja mencatatkan saham perdananya pada September tahun lalu, dan emiten barang konsumen (produksi furnitur) PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF).
Dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Idea Indonesia menyatakan tidak memiliki rencana aksi korporasi atau transaksi material tertentu, serta tidak mengetahui penyebab lonjakan harga saham tersebut di pasar.
Sementara itu, Cahaya Bintang Medan tahun lalu mengalami tantangan dari sisi kinerja keuangan dengan penurunan pendapatan hingga 67% per September 2021, menjadi hanya Rp 21,2 miliar. Laba tahun berjalan anjlok 72% menjadi Rp 1,56 miliar.
Saham emiten logam mineral PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) yang berada di posisi terburuk sepekan ini mengalami koreksi hebat setelah sempat menguat pada Februari didorong rumor bahwa investor China meminati investasi pada tambang emas perseroan di Sukabumi. Namun sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai rencana tersebut.
Adapun saham emiten yang bergerak di bidang perdagangan produk kesehatan dan kecantikan PT Duta Intidaya Tbk (DAYA) baru saja merilis kinerja keuangan 2021 dengan melaporkan kenaikan pendapatan sebesar 9,6% sepanjang tahun 2021 menjadi Rp 971,29 miliar.
Namun demikian, perseroan masih memikul rugi bersih tahun berjalan senilai Rp 51,7 miliar atau memburuk jika dibandingkan dengan rugi bersih setahun sebelumnya sebesar Rp 48,8 miliar.
Sementara itu, saham emiten properti yang dikendalikan keluarga Dato Sri Tahir PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) tertekan seiring dengan industri properti yang masih tertatih-tatih di tengah pemulihan pandemi.
Sepanjang 9 bulan pertama tahun lalu, perseroan mencetak pendapatan Rp 54,16 miliar, atau anjlok 41,6% secara tahunan. Rugi bersih periode berjalan pun tercatat sebesar Rp 9,45 miliar atau berbalik dari laba bersih setahun sebelumnya senilai Rp 7,75 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)