
Jelang Akhir Pekan Investor Memburu SBN, Harganya Menguat

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (18/3/2022) akhir pekan ini, di mana investor memantau negosiasi antara Rusia dan Ukraina.
Mayoritas investor ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1 dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun naik sebesar 3,9 basis poin (bp) ke level 2,576%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun menguat 1,6 bp ke level 7,343%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara turun 1,9 bp ke level 6,723% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) juga cenderung kembali melemah pada perdagangan pagi hari waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung turun 5,2 bp ke level 2,14% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 2,192%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga cenderung melemah sebesar 4,9 bp ke level 2,436%, dari sebelumnya di level 2,485% pada penutupan perdagangan kemarin.
Rusia dan Ukraina sejauh ini membuat sedikit kemajuan dalam pembicaraan untuk mengakhiri perang. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina tidak hampir menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Pasukan Rusia terus membombardir kota-kota Ukraina, dengan beberapa rudal menghantam pusat perbaikan pesawat di pinggiran kta Lviv pada hari ini.
Di lain sisi, Presiden AS, Joe Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping. Mengacu kepada Gedung Putih, kedua presiden tersebut akan mendiskusikan topik perang Rusia-Ukraina.
Selain itu, Investor juga masih mengevaluasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kenaikan suku bunga acuan.
Sebagai informasi, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) pada Rabu waktu AS selaras dengan harapan pasar.
The Fed juga memperkirakan rencana agresif untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut sembari memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.
Investor juga masih mengevaluasi keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali mempertahankan suku bunga acuannya di tengah meningginya inflasi global dan naiknya suku bunga acuan di sebagian besar negara-negara maju.
Kemarin, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunganya sebesar 3,5% kemarin. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi