The Fed Naikkan Suku Bunga, Rupiah Malah Ngegas!
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) resmi menaikkan suku bunga pada Kamis (17/3) dini hari waktu Indonesia. The Fed bahkan berencana untuk menaikkan suku bunga 6 kali lagi di tahun ini.
Namun, normalisasi kebijakan tersebut tidak serta merta membuat dolar AS perkasa, justru indeksnya malah turun 0,48% pada perdagangan Rabu dan berlanjut 0,25% pagi ini. Alhasil, rupiah langsung menguat 0,21% ke Rp 14.280/US$, melansir data Refinitiv.
Tanda-tanda penguatan rupiah sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.
Periode | Kurs Rabu (16/3) pukul 15:03 WIB | Kurs Kamis (17/3) pukul 8:56 WIB |
1 Pekan | Rp14.298,5 | Rp14.264,5 |
1 Bulan | Rp14.294,0 | Rp14.262,0 |
2 Bulan | Rp14.312,0 | Rp14.279,0 |
3 Bulan | Rp14.341,0 | Rp14.302,0 |
6 Bulan | Rp14.489,0 | Rp14.384,0 |
9 Bulan | Rp14.609,0 | Rp14.492,0 |
1 Tahun | Rp14.705,0 | Rp14.636,0 |
2 Tahun | Rp15.171,1 | Rp15.047,9 |
Dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan di akhir tahun nanti suku bunga akan berada di kisaran 1,75% - 2%, artinya akan ada kenaikan suku bunga 6 kali lagi guna meredam kenaikan inflasi.
"Kami tidak akan membiarkan inflasi tinggi bercokol. Biayanya akan terlalu tinggi," kata Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Powell menyebut masalah rantai pasokan lebih buruk dan lebih tahan lama dari yang diharapkan. Ia mengakui bahwa inflasi kemungkinan akan memakan waktu lebih lama untuk kembali ke target The Fed 2%.
Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,8% dari 4,0% di Desember lalu.
Pemangkasan tersebut terbilang besar yang membuat pelaku pasar cemas akan risiko stagflasi yang bisa dialami Amerika Serikat, apalagi inflasi inti berdasarkan personal consumption expenditures (PCE) tahun ini malah diproyeksikan 4,1% jauh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 2,7%.
Selain itu, pelaku pasar saat ini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) mulai pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
"Suku bunga masih tetap bertahan pada level 3,5% seiring dengan tekanan inflasi yang masih terjaga dalam kisaran yang ditargetkan BI serta kurs rupiah yang tetap relatif stabil meskipun sentiment negative dari global mulai meningkat," tutur ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution, kepada CNBC Indonesia.
Pelaku pasar akan melihat apakah BI berpeluang menaikkan suku bunga di tahun ini, melihat The Fed yang sangat agresif. Sementara BI sebelumnya memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)