Tunggu The Fed & BI, Rupiah Sukses Menguat 2 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 March 2022 15:09
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/3). Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah menembus ke bawah Rp 14.300/US$ di awal perdagangan sebelum terpangkas.

Melansir data Refintiv, rupiah langsung melesat 0,28% ke Rp 14.285/US$ saat pembukaan perdagangan, sebelum terus terpangkas hingga tersisa 0,03% saja.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.310/US$ atau menguat 0,1%. Di pasar non-deliverable forward (NDF) rupiah tenor 1 pekan sebenarnya masih di bawah Rp 14.300/US$, tetapi sedikit lemah ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi. 

PeriodeKurs Rabu (16/3) pukul 8:52 WIBKurs Rabu (16/3) pukul 15:02 WIB
1 PekanRp14.291,5Rp14.298,5
1 BulanRp14.290,0Rp14.294,0
2 BulanRp14.309,0Rp14.312,0
3 BulanRp14.361,0Rp14.341,0
6 BulanRp14.428,0Rp14.489,0
9 BulanRp14.535,0Rp14.609,0
1 TahunRp14.674,0Rp14.705,0
2 TahunRp15.108,9Rp15.171,1

Harga minyak mentah yang terus merosot membuat sentimen pelaku pasar membaik. Sebab, penurunan tersebut akan mengurangi tekanan inflasi yang sudah sangat tinggi di negara Barat. Inflasi yang terus menanjak dikhawatirkan akan mengakselerasi inflasi, sehingga menekan pertumbuhan ekonomi, bahkan hingga terjadinya stagflasi.

Harga minyak mentah baik jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kini sudah di bawah US$ 100/barel. Brent pada 7 Maret lalu nyaris mencapai US$ 140/barel.

Membaiknya sentimen pelaku pasar akibat penurunan harga minyak mentah terlihat dari menguatnya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Selasa waktu setempat, dan disusul bursa saham Asia hari ini.

Sementara itu perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (17/3) dini hari waktu Indonesia.
Suku bunga pasti akan dinaikkan setidaknya 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%.

Tetapi dalam pengumuman kebijakan moneter kali ini The Fed juga akan memberikan proyeksi terbaru mengenai inflasi hingga pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank sentral paling powerful di dunia ini juga akan merilis dot plot yang akan menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Dot plot bisa memberikan gambaran seberapa agresif The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun ini dan dua tahun ke depan.

"Kenaikan 25 basis poin sudah pasti. Yang penting saat ini adalah apa yang terjadi setelahnya. Banyak yang bisa terjadi dari saat ini hingga akhir tahun nanti. Ketidakpastian sangat tinggi," kata Simona Mocuta, kepala ekonomi di State Street Global Advisor, sebagaimana diwartakan CNBC International, Senin (14/3).

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan moneter besok mulai pukul 14:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

"Suku bunga masih tetap bertahan pada level 3,5% seiring dengan tekanan inflasi yang masih terjaga dalam kisaran yang ditargetkan BI serta kurs rupiah yang tetap relatif stabil meskipun sentiment negative dari global mulai meningkat," tutur ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution, kepada CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular