IHSG Berayun ke Zona Merah, Ditutup Turun 0,21% di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 March 2022 12:04
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan pada perdagangan sesi pertama Selasa (51/3/2022), menyusul koreksi harga komoditas secara besar-besaran terutama di sektor energi.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup di 6.973,642 atau melemah 14,56 poin (-0,21%) pada perdagangan sesi pertama. Sebanyak 326 saham melemah, 169 lain menguat, dan 173 sisanya flat.

Dibuka naik 0,23% ke 6.968,349, indeks utama acuan bursa nasional ini berbalik melemah setelah menyentuh level tertinggi hariannya di 6.996,321 pukul sekitar 09:30 WIB. Koreksi terburuk terjadi beberapa menit setelah pukul 11:00 WIB, dengan level terendah hariannya pada 6.928,084.

Nilai perdagangan tercatat sebesar Rp 10,55 triliunan dengan melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 895 ribuan kali. Investor asing kembali mencetak pembelian bersih (net buy), dengan nilai fantastis, mencapai Rp 1,52 triliun.

Saham yang mereka buru terutama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 978,9 miliar dan Rp 496,4 miliar. Keduanya naik masing-masing sebesar 1,55% dan 0,62% ke Rp 4.590 dan Rp 8.125/saham.

Sebaliknya, saham yang masih dilego terutama adalah PT Bumi Resorces Tbk (BUMI) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 54,4 miliar dan Rp 64,8 miliar. Keduanya drop masing-masing sebesar 3,77% dan 1,78% ke Rp 51 dan Rp 3.320/unit.

Nilai transaksi terbesar dibukukan BBRI dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai masing-masing sebesar Rp 978,9 miliar dan Rp 498,6 miliar. BBCA menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 496,4 miliar.

Pasar memperhatikan investor hari ini menyimak sejumlah rilis data ekonomi makro dari sejumlah negara, termasuk Tanah Air. Dari dalam negeri, pada pukul 11.00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2022.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan, nilai ekspor bulan lalu naik 39,17% dari Februari (year-on-year/yoy). Sementara impor diperkirakan tumbuh 38,53% yoy. Dengan perkiraan tersebut, neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 1,8 miliar di Februari.

Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada Januari 2022 yakni US$ 932,9 juta atau Desember 2021 (US$1,01 miliar). Kenaikan surplus neraca perdagangan di Februari tercermin dalam cadangan devisa. Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Februari 2022 sebesar US$ 141,4 miliar, naik US$ 100 juta dibandingkan Januari lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular