Kripto Big Cap Lesu Lagi, Bitcoin-Ethereum Cenderung Stagnan

chd, CNBC Indonesia
14 March 2022 09:46
Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama diperdagangkan di zona merah pada perdagangan Senin (14/3/2022) pagi waktu Indonesia, karena investor menanti kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, hanya koin digital (token) Terra dan token berjenis stablecoin yakni Tether dan USD Coin yang masih menguat pada hari ini. Terra melesat 2% ke level harga US$ 88,43/koin atau setara dengan Rp 1.264.991/koin (asumsi kurs Rp 14.305/US$).

Sedangkan sisanya terpantau melemah kembali. Bitcoin merosot 2,43% ke level harga US$ 38.075,65/koin atau setara dengan Rp 554.672.173/koin, Ethereum terkoreksi 2,26% ke level US$ 2.529,21/koin atau Rp 36.180.349/koin.

Selanjutnya XRP ambles 3,38% ke US$ 0,7627/koin (Rp 10.910/koin), Solana ambrol 3,14% ke US$ 78,71/koin (Rp 1.125.947/koin), dan Avalanche ambruk 4,69% ke US$ 67,63/koin (Rp 967.447/koin).

Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.

Kripto

Bitcoin dan Ethereum cenderung stagnan, sedangkan kripto utama lainnya kembali terkoreksi pada perdagangan awal pekan ini, karena investor menanti hasil rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana rapat tersebut akan digelar mulai Selasa waktu setempat dan berakhir pada Rabu waktu AS.

The Fed dijadwalkan akan memberikan keputusan kenaikan suku bunga acuan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Menurut Ketua Ahli Strategi Suku Bunga di Bank of America Global Research, Mark Cabana memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya 5 kali tahun ini dan 4 kali di 2023.

Tingginya inflasi di Negeri Paman Sam membuat The Fed bersiap melakukan siklus pengetatan moneter.

Mengacu kepada data Departemen Tenaga Kerja AS bahwa inflasi di bulan Februari 2022 tercatat naik ke 7,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi kenaikan inflasi tertinggi sejak 40 tahun.

Tidak hanya itu, analis memprediksikan kenaikan harga bahan bakar akan mencapai di atas 9% di Maret.

Dampak dari sanksi ekonomi terhadap Rusia memicu harga komoditas melonjak, membuat inflasi meningkat, dan perang di Ukraina yang membuat volatilitas di pasar dunia tetap tinggi.

Selain menanti keputusan suku bunga The Fed terbaru, investor di kripto juga masih memantau perkembangan terbaru dari konflik Rusia-Ukraina, di mana dampak perang mulai terasa di sektor pengiriman dan angkutan udara.

Pasukan Rusia memotong rute pengiriman, sedangkan perusahaan logistik setempat menangguhkan layanan dan menaikan tarif angkutan udara sebagai dampak dari perang yang masih berlangsung.

Perang Rusia dengan Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari lalu terus membuat pasar saham global, utamanya Wall Street terus terpuruk, meski ada sedikit kabar baik.

Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Jumat pekan lalu mengatakan ada "arah positif di beberapa bagian" dalam pembicaraan dengan Ukraina. Sementara itu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan perang dengan Rusia sudah mencapai "titik balik strategis".

Meski demikian, perundingan kedua negara tidak membahas mengenai gencatan senjata.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular