
Inflasi AS Tinggi & Ukraina Panas Lagi, Dow Dibuka Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada perdagangan Rabu (9/3/2022), menyusul lonjakan inflasi di Negara Adidaya tersebut sementara pembicaraan damai Ukraina-Rusia gagal mencapai kesepakatan.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 370 poin (-1,2%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi 322,35 poin (-0,97%) ke 32.963,9. S&P 500 turun 48,35 poin (-1,13%) ke 4.229,53 dan Nasdaq drop 211,55 poin (-1,6%) ke 13.044.
Koreksi terjadi di tengah kegagalan negosiasi antara Ukraina dan Rusia yang dijembatani oleh Turki dengan tak banyak kesepakatan mengenai gencatan senjata maupun pembukaan jalur pengungsian untuk warga sipil.
Harga minyak mentah acuan AS jenis West Texas Intermediate (WTI) pun kembali melonjak, sebesar 4%, ke US$ 112,98, sementara minyak acuan internasional yakni Brent lompat 5% ke kisaran US$ 116,5/barel. Keduanya kemarin sempat anjlok 12% lebih.
Kontrak berjangka (futures) gandum juga berbalik menguat, demikian juga dengan perak dan paladium yang selama ini banyak dipasok oleh kedua negara.
Inflasi AS per Februari melesat sebesar 7,9% (secara tahunan), menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir, dan melampaui ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 7,8%. Secara bulanan, inflasi tercatat 0,8%, atau lebih tinggi dari estimasi sebesar 0,7%.
"Situasi inflasi memburu, dan bukannya membaik. Bahan pokok menjadi kian mahal... di satu sisi harga BBM jadi biangnya, harga makanan dan rumah juga menjadi pendorong inflasi Februari," tutur John Leer, ekonom kepala Morning Consult, dikutip CNBC International.
Dari AS, saham Amazon menguat 4% setelah mengumumkan rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 20:1 berbarengan dengan program pembelian kembali (buyback) saham di pasar senilai US$ 10 miliar.
Dari Benua Biru, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mempertahankan suku bunga acuan, sekalipun dibayangi risiko inflasi yang terus membumbung karena efek konflik Rusia dan Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir