Harga Minyak Mentah Jeblok, Rupiah Ngamuk!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2022 09:21
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CBNC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (10/3) melanjutkan penguatan dua hari terakhir. Harga minyak mentah yang jeblok membuat sentimen pelaku pasar membaik dan menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,45% ke Rp 14.280/US$, melansir data Refinitiv. Apresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,73% ke Rp 14.240/US$, yang merupakan level terkuat sejak 3 Januari lalu.

Penguatan rupiah kemudian terpangkas, berada di Rp 14.300/US$, menguat 0,31% pada pukul 9:08 WIB.

Tanda-tanda rupiah bakal ke bawah Rp 14.300/US$ sudah terlihat sebelum pembukaan perdagangan. Kurs non-deliverable forward (NDF) 1 pekan dan 1 bulan sudah berada di bawah level tersebut yang membuat rupiah langsung melesat begitu perdagangan dibuka.

PeriodeKurs Rabu (9/3) pukul 15:03 WIB Kurs Kamis (10/3) pukul 8:54 WIB
1 PekanRp14.322,5Rp14.278,0
1 BulanRp14.349,0Rp14.281,0
2 BulanRp14.366,5Rp14.302,0
3 BulanRp14.392,6Rp14.330,0
6 BulanRp14.516,0Rp14.411,0
9 BulanRp14.596,0Rp14.516,0
1 TahunRp14.703,3Rp14.685,0
2 TahunRp15.222,5Rp15.154,0

Sentimen terhadap rupiah sebenarnya cukup bagus berkat kondisi fundamental dalam negeri yang semakin baik. Tetapi, perang Rusia dan Ukraina yang berdampak luas hingga ke perekonomian global membuat rupiah tertekan belakangan ini.

Perang tersebut memicu kenaikan harga minyak mentah dan komoditas energi lainnya, sehingga memicu kecemasan akan semakin tingginya inflasi di negara Barat. Hal ini berisiko menekan pertumbuhan ekonomi.

Namun, kemarin harga minyak mentah ambrol yang membuat sentimen pelaku pasar membaik.

Uni Emirat Arab dan Irak menyatakan akan mendukung kenaikan produksi minyak mentah OPEC guna mengimbangi gangguan supply dari Rusia. Hal tersebut membuat harga minyak mentah seketika anjlok, minyak jenis Brent bahkan sempat minus hingga 17%.

"Kami mengusulkan produksi (minyak) dinaikkan dan mendorong negara-negara OPEC untuk melakukannya," tegas Duta Besar Uni Emrat Arab di AS Yousuf Al Qtaiba dalam cuitan di Twitter.

Selain itu, seperti disebutkan sebelumnya sentimen terhadap rupiah cukup bagus. Hal ini terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar. 

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (24/2/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,01, berbalik dari sebelumnya 0,46.

Ini menjadi pertama kalinya pelaku pasar mengambil posisi long rupiah sejak pertengahan November tahun lalu.

Posisi long yang semakin meningkat artinya pelaku pasar semakin optimistis rupiah akan menguat ke depannya.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan bath Thailand memimpin posisi long, disusul yuan china. Kedua mata uang itu pun sukses menguat melawan dolar AS sepanjang tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular