Ada Kabar Gencatan Senjata, Bitcoin cs Mulai Bangkit Lagi

chd, CNBC Indonesia
Rabu, 09/03/2022 10:10 WIB
Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by André François McKenzie on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama terpantau menguat pada perdagangan Rabu (9/3/2022) pagi waktu Indonesia, di tengah gencatan senjata sementara antara Rusia dengan Ukraina untuk melakukan evakuasi penduduk sipil.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, hanya satu koin digital (token) berjenis stablecoin yakni Tether yang turun tipis pada hari ini.

Sedangkan sisanya kembali bangkit dari zona koreksinya. Bitcoin melesat 2,13% ke level harga US$ 39.188,87/koin atau setara dengan Rp 562.556.229/koin (asumsi kurs Rp 14.355/US$), Ethereum melonjak 3,33% ke level US$ 2.615,86/koin atau Rp 37.550.670/koin.


Selanjutnya BNB menguat 1,02% ke US$ 385,89/koin (Rp 5.539.451/koin), Terra meroket 13,24% ke US$ 90,19/koin (Rp 1.294.677/koin), Solana terapresiasi 1,51% ke US$ 84,07/koin (Rp 1.206.825/koin), dan Avalanche melompat 3,19% ke US$ 75,14/koin (Rp 1.078.635/koin).

Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.

Bitcoin dan kripto utama lainnya kembali bangkit dari zona koreksi pada pagi hari ini setelah adanya gencatan senjata sementara antara Rusia dengan Ukraina. Gencatan sementara tersebut dilakukan untuk mengevakuasi penduduk sipil di kawasan yang terdampak perang.

Sebagaimana dilaporkan AFP dari kantor berita Rusia, gencatan senjata akan dimulai Rabu pagi pukul 10.00 waktu setempat.

Evakuasi warga sipil sebelumnya memang sudah terjadi Selasa pagi waktu setempat di kota Sumy. Evakuasi juga dilakukan di ibu kota Kyiv.

Tetapi upaya evakuasi dari kota pelabuhan Mariupol telah gagal. Baik Ukraina ataupun Moskow menyalahkan masing-masing atas kegagalan tersebut.

Sebelumnya gencatan senjata untuk evakuasi sempat terjadi pekan lalu, setelah kedua negara bernegosiasi di perbatasan Belarusia. Namun dalam berapa jam saja gencatan senjata itu juga dilanggar.

Di lain sisi, perintah eksekutif oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden yang akan menguraikan strategi pemerintah untuk industri cryptocurrency dapat menjadi sumber volatilitas untuk Bitcoin.

"Perintah eksekutif telah diketahui sebelum perang di Ukraina dan pada awalnya dimaksudkan untuk menangani stablecoin dan mata uang digital bank sentral (CBDC)," kata Marcus Sotiriou, analis di broker aset digital GlobalBlock, dikutip dari CoinDesk.

"Namun, karena meningkatnya kekhawatiran Rusia menggunakan kripto untuk menghindari sanksi, banyak yang khawatir bahwa perintah tersebut akan memberlakukan perubahan peraturan ketat yang akan menghambat industri kripto," tambah Sotiriou.

Sementara itu, Bloomberg melaporkan bahwa pejabat Eropa merencanakan penjualan obligasi bersama untuk membiayai pengeluaran energi dan pertahanan.

Untuk saat ini, pembicaraan bersifat informal, tetapi analis memperkirakan pengeluaran dapat mengurangi kekhawatiran investor tentang perlambatan ekonomi yang berasal dari inflasi dan ketegangan geopolitik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Panas" AS-China & Aksi The Fed Bikin Bitcoin Berpesta