
Rusia Umumkan Gencatan Senjata Sementara, Rupiah Bisa Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.395/US$ pada perdagangan kemarin. Rupiah mampu menguat di saat mayoritas mata uang utama Asia lainnya melemah.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (7/3) rupiah berpeluang kembali menguat melihat indeks dolar AS yang tekoreksi pada perdagangan Selasa. Setelah mencapai level tertinggi sejak Mei 2020, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini akhirnya turun 0,23% ke 99,06.
Perkembangan situasi perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang. Terbaru. Rusia mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina, Selasa (8/3/2022) malam waktu setempat. Ini untuk melakukan evakuasi penduduk sipil.
Sebagaimana dilaporkan AFP dari kantor berita Rusia, gencatan senjata akan dimulai Rabu pagi pukul 10.00 waktu setempat.
Meski gencatan senjata hanya sementara, tetapi pasar saham Asia pagi ini menghijau, indeks Nikkei Jepang menguat 0,5% yang bisa menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang membaik. Hal ini bisa menguntungkan bagi rupiah.
Secara teknikal, meski kemarin menguat rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.
Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.
Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.
![]() Foto: Refinitiv |
Tekanan bagi rupiah semakin besar setelah membentuk pola White Marubozu pada perdagangan Rabu (2/3).
Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali bergerak naik, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.
Rupiah kini berada di bawah resisten Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$. Selama bertahan di bawahnya rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.380/US$ hingga Rp 14.360/US$.
Support selanjutnya berada di kisaran Rp 14.335/US$ hingga Rp 14.330/US$.
Sementara itu jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.450/US$, sebelum menuju Rp 14.500/US$ di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
