
Reli Komoditas Energi Memudar, IHSG Melemah di Closing Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan sesi pertama Selasa (8/3/2022), di tengah valuasi ulang pelaku pasar atas kenaikan harga saham emiten komoditas.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup di 6.868,939 atau melemah 0,13 poin (-0,001%) pada perdagangan sesi pertama. Sebanyak 303 saham melemah, 227 lain menguat, dan 138 sisanya flat.
Dibuka naik 0,76% ke 6.895,631, indeks utama acuan bursa nasional ini terus menguat hingga menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.929,863. Sebaliknya, level terendah dicapai jelang penutupan sesi satu pada 6.862,963.
Nilai perdagangan naik mencapai Rp 15 triliunan dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 jutaan kali. Investor asing kembali mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 518,27 miliar.
Saham yang mereka buru terutama PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 362,8 miliar dan Rp 286,1 miliar. Keduanya naik masing-masing sebesar 7,76% ke Rp 6.250 dan 2,22% menjadi Rp 4.610/saham.
Sebaliknya, saham yang masih lego terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 170,5 miliar dan Rp 59 miliar. Keduanya bergerak berlawanan arah di mana BBRI drop 1,55% ke Rp 4.450 sementara INCO lompat 9,43% ke Rp 6.675/unit.
Nilai transaksi terbesar dibukukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan ASII dengan nilai masing-masing sebesar Rp 2,2 triliun dan Rp 1,1 triliun. TLKM menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 654,4 miliar.
Pasar masih memperhatikan faktor Ukraina di mana Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berencana memboikot impor minyak dan gas dari Rusia setelah Negeri Beruang Merah tersebut terus merangsek menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Namun, rencana itu dinilai terlalu berlebihan karena akan memukul negara Barat sendiri, sehingga resli harga minyak pun berkurang, diikuti koreksi saham migas di Indonesia. Di sisi lain, manfaat kenaikan harga batu bara diprediksi akan berkurang karena pemberlakuan kebijakan DMO di Tanah Air.
Prospek damai Rusia-Ukraina yang semakin kabur dan membuat harga minyak mentah dunia melonjak turut memantik aksi jual investor di bursa saham New York. Wall Street pun kembali terkapar di zona merah.
Dengan adanya inflasi yang kian mengkhawatirkan, tidak hanya ekonomi Rusia saja yang sekarat karena terkena sanksi. Ekonomi AS pun terancam mengalami hal serupa. Inflasi yang tinggi akan menggerus daya beli masyarakat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Market Focus: Risiko Inflasi RI Hingga THR dari Emiten