Harga Nikel Terbang 73%, Saham ANTM-INCO Cs 'Ngamuk' Pagi Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang nikel kembali melonjak ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Selasa (8/3/2022). Lonjakan harga nikel hingga 73% mendorong investor memborong saham-saham tersebut.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham nikel yang melesat pagi ini (8/3).
Trinitan Metals and Minerals (PURE), naik +14,29%, ke Rp 80/unit
Central Omega Resources (DKFT), +12,08%, ke Rp 167/unit
PAM Mineral (NICL), +10,98%, ke Rp 91/unit
Vale Indonesia (INCO), +9,43%, ke Rp 6.675/unit
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +8,93%, ke Rp 1.220/unit
Aneka Tambang (ANTM), +8,51%, ke Rp 3.060/unit
Timah (TINS), +4,19%, ke Rp 1.865/unit
Harum Energy (HRUM), +1,27%, ke Rp 13.925/unit
Menurut data di atas, saham PURE melejit tertinggi sebesar 14,29%.
Sementara, saham DKFT melesat 12,08%, melanjutkan reli kenaikan selama 4 hari beruntun. Dalam sepekan saham ini melambung 30,40%.
Saham NICL dan INCO juga masing-masing melesat 10,98% dan 9,43%. Dalam sepekan, kedua saham tersebut secara berturut-turut sudah terkerek naik 15,79% dan 18,98%.
Saham duo emiten pelat merah, ANTM dan TINS juga melonjak 8,51% dan 4,19% pagi ini. Saham ANTM melambung 32,88% sepekan, sedangkan TINS naik 14,47% dalam seminggu belakangan.
Harga nikel dunia secara tak terduga melesat hingga US$ 56.000/ton kemarin malam. Ini merupakan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Kemarin, harga nikel ditutup di US$ 50.300/ton, naik 73,93% dibandingkan posisi sebelumnya.
Para pelaku pasar cemas kendala pasokan nikel dunia yang saat ini terjadi diperparah oleh hukuman Rusia, salah satu produsen terbesar di dunia. Harga nikel dunia terus melaju karena para pelaku pasar khawatir sanksi yang akan diberlakukan terhadap Rusia dapat mengganggu pasokan nikel dunia.
"Konflik Rusia dan Ukraina ini hanya mengobarkan api dari pasar logam dasar yang sudah membentang," kata analis ING Wenyu Yao.
Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor tiga di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.
Cadangan nikel Rusia mencapai 7,5 juta ton. Merupakan cadangan nikel terbesar keempat dunia dengan porsi 7,9% dari total cadangan seluruh dunia. Potensi gangguan nikel dari Rusia hanya akan memperparah keadaan pasokan dunia yang sudah ketat.
"Nikel sudah dalam pasokan yang ketat, dan jika pemasok besar dikeluarkan dari pasar, itu akan berdampak besar dalam jangka pendek hingga menengah," kata Kunal Sawhney, Chief Executive Officer di firma riset Kalkine.
"Lonjakan harga akan menambah tekanan lebih lanjut pada pasokan spot."
Permintaan nikel pun diperkirakan meningkat dari sektor energi hijau. Nikel adalah bahan baku utama dari pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini diyakini menggerus persediaan nikel di gudang.
Persediaan nikel terus menyusut. Per 4 Maret 2022, cadangan nikel yang dipantau oleh bursa logam London (LME) tercatat 77.082 ton. Jumlah ini telah turun 71% dibandingkan dengan puncak persediaan pada bulan April 2021.
"Penurunan persediaan LME yang berkelanjutan dan peningkatan masalah rantai pasokan mendorong harga kelangkaan pasar," ujar Yao.
Indonesia patut bersyukur karena dilimpahi sejumlah sumber daya energi dan tambang, termasuk nikel. Bahkan, 'harta karun' nikel Indonesia merupakan terbesar dibandingkan dengan negara lainnya.
Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah cadangan tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia" yang merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)