Emas Dunia Tembus US$ 2.000, Emas Antam Bakal Terbang Besok?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat menembus US$ 2.000/troy ons pada perdagangan Senin (7/3). Kenaikan tersebut tentunya bisa mengerek harga emas batangan Antam di dalam negeri.
Melansir data Refinitiv, emas dunia pada hari ini melesat 1,64% US$ 2.000,69/troy ons yang merupakan level tertinggi sejak 19 Agustus 2020 lalu. Jika penguatan tersebut bisa dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, harga emas Antam tentunya bisa ikut melesat besok.
Harga emas dunia merupakan salah satu acuan harga emas Antam yang hari ini dibanderol Rp 1.013.000/batang untuk satuan 1 gram, naik Rp 8.000 dibandingkan harga Sabtu pekan lalu. Kenaikan harga emas dunia pada hari ini biasanya akan diikuti oleh emas Antam besok.
Selain emas dunia, harga emas Antam juga dipengaruhi nilai tukar rupiah serta supply-demand. Dua faktor tersebut bisa membuat persentase kenaikan/penurunan harga emas Antam lebih tinggi/rendah ketimbang emas dunia.
Nilai tukar rupiah sendiri mengalami pelemahan 0,14% melawan dolar AS ke Rp 14.405/US$. Dengan pelemahan tersebut harga emas dunia akan menjadi lebih mahal jika dikonversi ke rupiah, hal ini bisa mengerek harga emas Antam lebih tinggi lagi.
Perang Rusia dan Ukraina yang mulai menunjukkan dampaknya ke perekonomian membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Serangan Rusia ke Ukraina membuat harga komoditas meroket. Sektor energi yang paling menjadi sorotan.
Harga minyak mentah jenis Brent meroket nyaris mencapai US$ 140/barel untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir. Harga batu bara terbang tinggi ke atas US$ 400/ton yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Begitu juga dengan gas alam yang terus menanjak.
Kenaikan harga komoditas energi tersebut tentunya berisiko mengakselerasi inflasi di negara Barat, yang sudah tinggi dan di beberapa negara lainnya.
Alhasil, perekonomian ekonomi global diperkirakan akan terpukul. Berdasarkan CNBC Rapid Update, yang melakukan survei terhadap 14 analis menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melambat menjadi 3,2% di tahun ini, dibandingkan proyeksi bulan Februari sebesar 3,5%.
Namun, para analis tersebut memperingatkan masih belum diketahui bagaimana respon perekonomian AS terhadap lonjakan harga minyak mentah.
Eropa diperkirakan akan lebih terpukul lagi. Barcalys memangkas produk domestik bruto (PDB) Benua Biru menjadi 3,5% dari sebelumnya 4,1%. JP Morgan bahkan memangkas proyeksinya hingga 1% menjadi 3,2%.
Alhasil, aset-aset berisiko rontok dan emas yang merupakan aset aman (safe haven) menjadi buruan investasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)