Harga Batu bara Naik, Bukit Asam Genjot Ekspor? Cek Faktanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya harga batu bara tidak membuat PT Bukit Asam Tbk (PTBA) serta-merta meningkatkan porsi ekspor untuk tahun ini. Tahun lalu, volume penjualan batu bara sebesar 28,37 juta ton atau naik 9%. Dari total penjualan tersebut, untuk domestik 57% dan ekspor 43%.
Meski harga batu bara sedang dalam tren naik, namun Dirut PTBA Arsal Ismail mengatakan pihaknya tetap memprioritaskan batu bara untuk kebutuhan domestik. Sesuai RKAP, perseroan memiliki kewajiban memasok domestik minimal 25%, terutama untuk PLN.
"PTBA sebagai BUMN tentu tidak hanya mengejar keuntungan, karena kami juga harus memperhatikan kebutuhan dalam negeri. Tahun lalu porsi penjualan untuk ekspor 43%, tahun ini kebijakannya relatif hampir sama. Dalam negeri tetap kami utamakan, kami tidak ingin ada gejolak," jelasnya dalam konferensi pers kinerja PTBA 2021 yang digelar secara virtual, Senin (7/3/2022).
Seperti diketahui, harga batu bara tengah meroket, salah satunya disebabkan perang antara Rusia dan Ukraina. Secara mingguan, perkembangan harga si batu hitam sangat mencengangkan.
Pada perdagangan akhir pekan, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada ditutup di US$ 407,05/ton. Melonjak 13,56% dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Pekan lalu, harga batu bara membukukan kenaikan 61,85% secara point-to-point. Ini adalah rekor tertinggi kenaikan mingguan setidaknya sejak 2008.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail mengatakan memang tahun ini dengan adanya gejolak dari Rusia-Ukraina membuat harga batu bara menjadi naik.
"Tadinya kami tidak memperhitungkan adanya konflik. Kami berpikir keadaan ekonomi sudah mulai relatif stabil," ungkap Arsal.
Berkaca tahun lalu, lanjutnya, harga batu bara memang jauh melonjak karena ada demand yang bersamaan, sehingga supply dan demand menyebabkan demand lebih banyak. Supply berkurang mengakibatkan harga naik.
"Untuk 2022 tadinya kami berpikir naiknya [harga batu bara] masih 10-24%, tapi lagi-lagi ada faktor lain kenaikannya menjadi sangat jauh. Kami tentunya karena kami perlu menjaga kebutuhan dalam negeri, peluang ekspor tetap kami manfaatkan, tapi tentunya semua terukur. Harapannya PTBA ikut menikmati atas kenaikan harga tahun ini," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan posisi harga batu bara saat ini sangat mendukung bisnis PTBA.
"Hal ini tentu saja akan kita optimalkan semaksimal mungkin. Target produksi batu bara naik sekitar 21% tahun 2022. Tentu hal-hal tersebut akan mendukung bisnis Bukit Asam," ujarnya.
Untuk diketahui, PTBA membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 7,9 triliun pada 2021, tumbuh 231,4% dibandingkan dengan Rp 2,39 triliun pada 2020.
Laba bersih pada 2021 yang sebesar Rp 7,91 triliun tersebut menjadi laba bersih tertinggi sepanjang perseroan beroperasi.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba per saham dasar turut meningkat menjadi Rp 702 per saham pada 2021, dari tahun sebelumnya Rp 213 per saham.
Sepanjang tahun lalu, pendapatan tercatat mencapai Rp 29,26 triliun, melonjak 68,9% dari Rp 17,3 triliun pada tahun sebelumnya.
(vap/vap)