
Asing Profit Taking, IHSG Terperosok ke Zona Merah di Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di zona merah pada perdagangan sesi pertama Senin (7/3/2022), di tengah aksi ambil untung pemodal asing yang terlihat dari posisi jual bersih (net sell) mereka.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup di 6.872,79 atau drop 55,54 poin (-0,8%) pada perdagangan sesi pertama. Sebanyak 382 saham melemah, 151 lain menguat, dan 140 sisanya flat.
Dibuka turun 0,33% ke 6.905,324, indeks utama acuan bursa nasional ini tak sekalipun menyentuh zona hijau sehingga level pra pembukaan 6.843,812 menjadi level tertinggi hariannya. Sebaliknya, level terendah dicapai pukul 10:30 WIB di 6.843,812.
Nilai perdagangan mencapai Rp 11 triliunan dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 jutaan kali. Investor asing kali ini berbalik mencetak penjualan bersih (net sell), senilai Rp 61,26 miliar.
Saham yang mereka lego terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 282,6 miliar dan Rp 95,6 miliar. Keduanya drop masing-masing sebesar 2,22% ke Rp 7.725 dan 1,5% ke Rp 4.600/unit.
Sebaliknya, saham yang masih buru terutama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 145,5 miliar dan Rp 47,9 miliar. Keduanya naik masing-masing sebesar 2,05% ke Rp 4.490 dan 6,51% menjadi Rp 8.175/saham.
Nilai transaksi terbesar dibukukan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) senilai Rp 924,5 triliun dan Rp 601,5 miliar. BBRI menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 531,4 miliar.
Pasar masih memperhatikan faktor Ukraina di mana Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berencana memboikot impor minyak dan gas dari Rusia setelah Negeri Beruang Merah tersebut terus merangsek menuju Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Harga minyak mentah pun melonjak tajam. Baik minyak mentah jenis Brent maupun Wes Texas Intermediate (WTI) harganya sudah di atas US$ 120/barel. Di tengah kenaikan harga komoditas tersebut, saham-saham energi pun diburu.
Di sisi lain, saham konsumen yang terdampak oleh kenaikan harga komoditas dunia justru mendapatkan tekanan karena harga komoditas yang meningkat menjadi tekanan bagi kinerja keuangan emiten.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1