
Duit Asing Gampang Datang & Pergi, Rupiah Waspada Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.385/US$ sepanjang pekan lalu yang berlangsung hanya 3 hari perdagangan saja.
Tekanan paling besar bagi rupiah datang dari perang Rusia dengan Ukraina yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk. Sementara itu, pasar sepertinya sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) di bulan ini, bahkan dengan kemungkinan sebesar 50 basis poin.
Dua faktor tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini. Yang menarik, meski perang sedang berkecamuk dan The Fed akan menaikkan suku bunga, investor asing justru mengalirkan modalnya ke dalam negeri, sesuatu hal yang tidak lazim terjadi. Rupiah pun menjadi lebih stabil dan kuat menghadapi tekanan eksternal.
Sejak Rusia menyerang Ukraina pada Kamis (24/2), investor asing tidak pernah absen melakukan beli bersih (net buy) di pasar saham. Sepanjang pekan lalu, net buy tercatat sebesar Rp 5,95 triliun di pasar reguler, dan Rp 600 miliar di pasar negosiasi dan tunai, sehingga totalnya Rp 6,55 triliun.
Sepanjang tahun ini, total net buy lebih dari Rp 28 triliun di all market.
Dari pasar obligasi pun menunjukkan hal yang sama, khususnya di bulan Februari. Data dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan sepanjang Februari aliran modal asing masuk ke pasar sekunder sebesar Rp 9,35 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini hingga akhir Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 5 triliun di pasar obligasi.
Total capital inflow di pasar saham dan obligasi sepanjang tahun ini lebih dari Rp 34 triliun.
Jika capital inflow terjadi lagi di pekan ini, rupiah tentunya berpeluang menguat. Tetapi seperti di ketahui, aliran modal di pasar finansial sangat mudah keluar masuk, sehingga jika terjadi outflow di pekan ini rupiah tentunya berisiko tertekan.
Data dari dalam negeri juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Pada Selasa (8/3), Bank Indonesia (BEI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) per Februari 2022. Ekonom yang dihimpun Tradingeconomics memprediksi, posisi cadev RI akan kembali turun menjadi US$ 139,9 miliar.
Sebelumnya, pada Januari 2022, posisi cadev Indonesia tercatat sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.
Sehari setelahnya, BI akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) serta survei penjualan eceran di hari Kamis.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.
Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.
Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.
Tekanan bagi rupiah semakin besar setelah membentuk pola White Marubozu pada perdagangan Rabu (2/3).
![]() foto: Refinitiv |
Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali bergerak naik, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.360/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$. Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah melemah menuju Rp 14.450/US$, sebelum menuju Rp 14.500/US$ pada pekan ini.
Sementara jika mampu menembus support, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.335/US$ hingga Rp 14.330/US$. Penembusan dan kemampuan bertahan di bawah level tersebut akan membuka peluang rupiah menguat ke bawah Rp 14.300/US$ pada pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
