Rusia-Ukraina Masih Belum Damai, Bitcoin cs Lesu Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama kembali terkoreksi pada perdagangan Jumat (4/3/2022) pagi waktu Indonesia, karena investor khawatir kembali dengan terus memanasnya konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Investor juga masih menimbang dari rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan menaikan suku bunga acuannya pada bulan ini.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:05 WIB, hanya koin digital (token) berjenis stablecoin yakni USD Coin yang menghijau tipis pada hari ini.
Sedangkan sisanya kembali terkoreksi. Bitcoin ambles 5,23% ke level harga US$ 41.533,76/koin atau setara dengan Rp 597.047.800/koin (asumsi kurs Rp 14.375/US$), Ethereum ambruk 7,28% ke level US$ 2.731,53/koin atau Rp 39.265.744/koin.
Selanjutnya BNB merosot 4,1% ke US$ 391,57/koin (Rp 5.628.819/koin), Solana anjlok 7,28% ke US$ 91,98/koin (Rp 1.322.213/koin), dan Avalanche ambrol 6,49% ke US$ 77,89/koin (Rp 1.119.669/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Bitcoin dan sebagian besar kripto utama lainnya kembali terkoreksi pada pagi hari ini karena investor kembali khawatir dengan terus memanasnya konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Hal ini terjadi setelah adanya laporan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina terbakar akibat pertempuran sengit antara Rusia dengan Ukraina. PLTN Zaporizhzhia diklaim sebagai fasilitas energi terbesar di benua Eropa.
Situasi di Ukraina memburuk dengan cepat dan laporan dari negara tersebut masih sulit untuk dikonfirmasi.
"Sentimen risiko tetap rapuh dan sangat dipengaruhi oleh berita utama Rusia-Ukraina. Selain itu, kabar dari bank sentral Amerika Serikat yang tampaknya berkomitmen untuk menaikkan suku bunga juga memperberat sentimen pasar," kata Tapas Strickland, ekonom di National Australia Bank, dilansir dari CNBC International.
Namun, perundingan antara Rusia dan Ukraina kembali berlanjut. Meski belum menemukan kata damai, tetapi kedua negara memiliki sikap yang sama terkait perlunya "koridor kemanusiaan" yang kemungkinan dilakukan dengan gencatan senjata sementara.
CNBC International melaporkan negosiator dari Ukraina mengatakan kedua belah pihak mencapai saling pengertian untuk mengevakuasi warga sipil. Hal senada juga diungkapkan negosiator Rusia.
"Menteri Pertahanan Rusia dan Ukraina sudah setuju untuk mempertahankan koridor kemanusiaan, dan kemungkinan gencatan senjata sementara di area koridor kemanusiaan selama periode evakuasi warga sipil," kata kepala negosiator Rusia, Vladimir Mendinsky, sebagaimana diwartakan oleh CNBC International.
Meski kembali terkoreksi, tetapi koreksi kripto selama sebulan terakhir tampaknya lebih stabil karena sentimen bearish cenderung berkurang. Beberapa analis tetap optimis kripto akan membentuk tren bullish karena permintaan jangka panjang yang berkelanjutan, terutama di Bitcoin.
"Sebagian besar investor menjadi pemegang jangka panjang, yang bermanfaat untuk apresiasi harga karena jelas bahwa lebih banyak investor mencari harga yang lebih tinggi untuk dijual," kata Marcus Sotiriou, analis di broker aset digital GlobalBlock dikutip dari CoinDesk.
"Adopsi kripto secara global terus melonjak dan sejalan dengan analisis kami bahwa pasar kripto sedang berada dalam fase akumulasi," tambah Sotiriou.
Dari teknikalnya, Bitcoin terlihat adanya resistance yang kuat di kisaran level US$ 46.000, yang dapat menciptakan kondisi perdagangan berombak dalam jangka pendek. Namun, peningkatan momentum menunjukkan penurunan terbatas, dengan kisaran support yang ketat antara level US$ 37.000 dan US$ 40.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)