Kemarin Berjaya, Siang Ini Rupiah Tak Bertenaga vs Dolar AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini (2/3/2022), setelah kemarin Mata Uang Tanah Air berjaya terhadap dolar AS. Investor masih mengamati perkembangan kisruh di Eropa Timur yang meningkat hari ini.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.350/US$. Namun, pada pukul 11:00 WIB, Mata Uang Garuda bergerak melemah sebanyak 0,21% ke Rp 14.365/US$.
Pergerakan rupiah yang melemah terhadap dolar AS hari ini, dipicu oleh kekisruhan di Kyiv. Kemarin, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun di bawah 1,7% yang mengindikasikan permintaan aset safe haven meningkat. Di Asia, rupiah menjadi pemimpin pelemahan mata uang Asia.
Presiden bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan pernyataan hari ini dan besok pukul 10 pagi waktu setempat. Namun, dengan inflasi yang tinggi dan kisruh yang kian meningkat di Ukraina, investor di Wall Street menurunkan ekspektasinya terhadap tindakan The Fed.
Di mana pasar memprediksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 7 kali tahun ini, tapi situasi saat ini mengindikasikan kenaikan hanya 5 kali. Selain itu, diprediksikan pula The Fed akan menaikkan suku bunga pinjaman jangka pendek sekitar 125 basis poin (bp) atau ke kisaran 1,25% - 1,5%.
"Tindakan penyeimbangan akan sulit, Powell memimpin di situasi dengan ketidakpastian mengingat perang Rusia (dan Ukraina) dapat mengambil jalan berbeda yang masing-masing lebih buruk. Powell akan memperkuat poin dalam periode ketidakpastian yang begitu tinggi, mungkin masuk akal bagi The Fed untuk berhati-hati dalam memberlakukan kebijakan," tutur kepala ekonom Moody Analytics Mark Zandi dikutip dari CNBC International.
Analis pasar memproyeksikan ekonomi AS akan tetap tumbuh dan solid tahun ini, walaupun lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu sebab tahun 2021 merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak 1984. Desember lalu, pejabat The Fed memperkirakan PDB tumbuh 4% di tahun ini.
Kemarin, perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan bahwa investor masih memprediksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 bp, tapi penetapan ini dapat berubah-ubah jika inflasi melambat atau situasi Ukraina teratasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)