Mulai Kebal Dengan Sentimen Perang, Bitcoin dkk Masih Cerah
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama kembali menguat pada perdagangan Rabu (2/3/2022) pagi waktu Indonesia, di mana investor kembali cenderung mengabaikan kembali sentimen dari konfilik antara Rusia dengan Ukraina yang masih memanas hingga hari ini.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, hanya beberapa koin digital (token) yang mulai terkoreksi pada hari ini, yakni XRP, Cardano, dan Avalanche.
XRP turun tipis 0,04% ke level 0,7732/koin atau setara dengan Rp 11.099/koin (asumsi kurs Rp 14.355/US$), Cardano melemah 1,83% ke US$ 0,9509/koin (Rp 13.650/koin), dan Avalanche terkoreksi 1,95% ke US$ 85,91/koin (Rp 1.233.238/koin).
Sedangkan sisanya kembali menguat pada hari ini, meski penguatannya cenderung terpangkas. Bitcoin menguat 1,69% ke level harga US$ 44.009,31/koin atau setara dengan Rp 631.753.645/koin, Ethereum terapresiasi 0,43% ke level US$ 2.931,71/koin atau Rp 42.084.697/koin.
Berikutnya BNB melesat 3,32% ke US$ 409,29/koin (Rp 5.875.358/koin), Terra melonjak 4,13% ke US$ 92,03/koin (Rp 1.321.091/koin), dan Solana bertambah 1,06% ke US$ 98,18/koin (Rp 1.409.374/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Bitcoin dan beberapa kripto utama lainnya masih terpantau menguat pada hari ini, meski penguatannya cenderung terpangkas.
Hal ini karena investor mulai cenderung mengabaikan sentimen dari ketegangan antara Rusia dengan Ukraina yang hingga kini masih berlanjut, meski pada kemarin keduanya sempat berunding tahap pertama tetapi belum mencapai kesepakatan damai.
Mereka juga cenderung tidak terlalu khawatir dan kembali memburu salah satu aset berisiko tersebut.
Hal ini terlihat dari indeks Fear & Greed Bitcoin, indeks yang mengukur ketakutan dan keberanian pelaku pasar di kripto, naik dari wilayah "ketakutan ekstrem" ke level netral.
Selain karena sikap investor yang mulai mengabaikan konflik Rusia-Ukraina, melonjaknya permintaan kripto di Rusia juga turut menjadi pendorong Bitcoin dan beberapa kripto masih menanjak pada pagi hari ini.
Hal ini karena para pelaku pasar di Rusia memang sedang memburu aset kripto di tengah jatuhnya mata uang rubel Rusia dan sanksi-sanksi keuangan dari Negara Barat kepada Rusia.
Data dari Kaiko menunjukkan bahwa transaksi di pertukaran Bitcoin terpusat di Rusia dan Ukraina melonjak ke level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir, setelah adanya sanksi keuangan dari Negara Barat.
Selain Bitcoin, permintaan akan token stablecoin juga meningkat sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai, yakni pada Kamis pekan lalu.
Clara Medalie, direktur riset di penyedia data kripto Kaiko mencatat bahwa volume transaksi Tether (USDT) berdenominasi rubel naik lebih dari dua kali lipat dari volume Bitcoin, yang menunjukkan bahwa stablecoin dapat memainkan peran yang lebih penting sebagai aset aman dari ancaman sanksi keuangan.
"Sebagian besar stablecoin berdenominasi dolar seperti Tether atau USD Coin (USDC) dikeluarkan oleh perusahaan terpusat yang dapat menjadi sasaran sanksi, yang dapat memaksa mereka untuk memantau transaksi," kata Medalie, dikutip dari CNBC International.
"Ada preseden untuk penerbit stablecoin yang terpusat 'membuat daftar hitam' alamat tertentu, jadi akan menarik investor untuk melihat bagaimana peran stablecoin berkembang selama krisis," tambah Medalie.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)