Abaikan Perang, Kabar Baik dari China Bikin Rupiah Melesat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 March 2022 09:16
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (1/3) meski perang masih berkecamuk antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, klabar baik dari China membantu rupiah menguat pagi ini. 

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melesat 0,24% ke Rp 14.330/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas, berada di Rp 14.350/US$ pada pukul 9:07 WIB, atau menguat 0,1% saja. 

Perkembangan perang antara Rusia dan Ukraina masih akan terus menjadi perhatian, termasuk sanksi-sanksi yang diberikan ke Rusia.

Pasukan Rusia dikabarkan berhasil menguasai dua kota di wilayah Tenggara Ukraina yaitu Berdyansk dan Enerhodar. Pertempuran juga terjadi di kota terbesar kedua, Kharkiv. Sementara ibu kota Kyiv dikatakan masih dalam kendali Ukraina.

"Ibu kota Kyiv masih dikendalikan sepenuhnya oleh tentara dan pertahanan Ukraina," kata pejabat pemerintahan di Kyiv.

Meski pertempuran sedang berlangsung, kedua belah pihak juga mengadakan pertemuan di Belarusia. Belum ada hasil dari pertemuan tersebut, tetapi kedua belah pihak mengatakan akan kembali melakukan perundingan.

Sementara itu Amerika Serikat dan negara-negara Barat memang tidak memberikan memberikan sanksi ke industri energi Rusia. Tetapi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIF (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.Lewat SWIFT bank-bank di dunia yang tergabung di dalamnya dapat bertukar informasi tentang pergerakan uang.

SWIFT kini sudah mengkoneksikan lebih dari 11 ribu institusi keuangan di lebih dari 200 negara sehingga transaksi keuangan antar negara dapat dilaksanakan.

Jika benar Rusia diputus dari SWIFT maka hal itu bisa berdampak secara tidak langsung ke ekspor minyak, sehingga supply global bisa terganggu.

"Sanksi yang diterima perbankan Rusia membuat penjualan minyak mentah menjadi lebih sulit," kata John Kilduff, dari Again Capital sebagaimana diwartakan CNBC International.
Minyak mentah jenis Brent saat ini masih terus berada di atas US$ 100/barel. Level tersebut tidak pernah disentuh sejak tahun 2014, Kamis pekan lalu menjadi yang pertama minyak Brent mencapai US$ 100/barel.

Kenaikan harga minyak mentah tersebut dikhawatirkan akan membuat inflasi semakin terakselerasi. Seperti diketahui, negara Barat saat ini sedang menghadapi masalah tingginya inflasi. Sehingga jika terakselerasi berisiko membuat perekonomian global kembali mendapat masalah.

Sementara itu dari dalam negeri, ekspansi sektor manufaktur mengalami pelambatan di bulan Februari akibat lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19).

IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 51,2. Turun dibandingkan Januari 2022 yang tercatat 53,7.

PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti ekspansi, di bawahnya artinya kontraksi.

"Produksi manufaktur masih tumbuh, tetapi laju pertumbuhannya melambat karena peningkatan kasus positif Covid-19. Usaha baru, termasuk yang berorientasi ekspor, mengalami perlambatan pertumbuhan penjualan yang juga gara-gara pandemi," papar keterangan tertulis IHS Markit.

Akibat pandemi yang kembali menggila, kepercayaan dunia usaha di sektor manufaktur turun ke titik terendah dalam 21 bulan. Namun, dunia usaha masih yakin bahwa pada saatnya pandemi akan kembali terkontrol sehingga ekonomi bisa dipacu lebih cepat.

Kabar baiknya, penciptaan lapangan usaha di sektor manufaktur tetap tumbuh meski produksi dan penjualan melambat. Laju penciptaan lapangan kerja mencapai titik tertinggi sejak Februari 2020. Dunia usaha terus menambah karyawan untuk meningkatkan produksi karena melihat prospek peningkatan permintaan.

China juga melaporkan PMI manufaktur bulan Februari yang masih menunjukkan ekspansi. Data dari pemerintah China menunjukkan PMI manufaktur sebesar 50,2, naik dari bulan sebelumnya 50,1 dan lebih baik dari prediksi para ekonom yang memperkirakan terjadinya kontraksi. 

Sementara itu data yang dirilis oleh Markit/Caixin menunjukkan angka 50,4, kembali mengalami ekspansi setelah berkontraksi (49,1) di bulan Januari. Rilis tersebut juga lebih baik dari prediksi ekonomi yang memperkirakan tetap 49,1. 

Ekspansi sektor manufaktur China tentunya menjadi kabar baik, permintaan komoditas tentunya masih terjaga yang dapat mempertahankan surplus perdagangan Indonesia, dan membantu transaksi berjalan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular