
Pemilik Bitcoin Yakin Nggak Out? Bisa di Bawah US$30 Ribu, lo

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak perang antara Rusia dan Ukraina berdampak cukup sistemik. Bukan hanya terhadap pasokan rantai kebutuhan pokok, tapi juga pasar keuangan.
Perang kedua negara yang diakibatkan luka lama yang kini terbuka kembali itu juga bahkan memberikan pukulan cukup telak untuk aset kripto seperti bitcoin.
Hantaman bagi pasar keuangan dan aset kripto tak lepas dari didepaknya Rusia dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank. Lewat SWIFT, bank-bank di dunia yang tergabung di dalamnya dapat bertukar informasi tentang pergerakan uang.
SWIFT kini sudah menghubungkan lebih dari 11 ribu institusi keuangan di lebih dari 200 negara sehingga transaksi keuangan antar negara dapat dilaksanakan.
Hal tersebut membuat analis memperkirakan aset kripto yang di bulan ini juga tertekan akan kembali jeblok.
Melansir data Refinitiv, bitcoin pada pukul 18:02 WIB diperdagangkan di kisaran US$ 38.417/koin. Sepanjang bulan ini hingga di level tersebut bitcoin stagnan dari posisi akhir bulan Januari. Meski demikian, mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini berfluktuasi sepanjang bulan ini, sempat melesat ke kisaran US$ 45.855/koin, dan jeblok ke US$ 34.320/koin.
Sebelum bulan ini, bitcoin sudah merosot dalam tiga bulan beruntun. Bitcoin yang digadang-gadang sebagai emas digital nyatanya tidak berperilaku seperti aset safe haven tersebut.
Saat Rusia melancarkan serangan pertama ke Ukraina, bitcoin malah jeblok ke kisaran US$ 34.000/koin.
"Kondisi bitcoin masih volatil, dan level US$ 40.000 masih menjadi resisten. Kecuali level tersebut bisa dilewati dengan meyakinkan, bitcoin kemungkinan akan kembali turun ke rentang saat ini bahkan lebih ke US$ 30.000/koin dalam jangka pendek masih bisa terjadi," kata Mikkel Morch selaku direktur eksekutif di Fund ARK36, sebagaimana dilansir Forbes, Minggu (28/2/2022).
Hal senada juga diungkapkan oleh Alex Kuptsikevich, analis keuangan senior di FxPro. Ia bahkan mengatakan jika situasi di Ukraina semakin tereskalasi, maka bitcoin bisa jeblok ke bawah US$ 30.000/koin.
"Jika situasi di Ukraina memburuk, bitcoin kemungkinan akan jeblok ke bawah US$ 30.000/koin sebab investor akan beralih ke aset defensif," kata Kuptsikevich.
(dhf/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Guncangan Besar Pasar Kripto Membuat Harga Bitcoin Anjlok