
Selasa, RI Rilis Data PMI & Inflasi, Doakan Aman Gengs!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan pertama bulan Maret akan ditandai dengan berbagai rilis data ekonomi mulai dari PMI manufaktur, inflasi hingga data wisatawan mancanegara.
Rilis data ekonomi bulan Maret akan ditandai dengan publikasi Indeks PMI manufaktur Indonesia bulan Februari 2022 oleh IHS Markit.
PMI manufaktur merupakan indeks yang mengukur aktivitas sektor manufaktur di setiap negara tak terkecuali Indonesia.
Angka PMI manufaktur Indonesia bulan Februari akan dirilis pada Selasa, 1 Maret 2022. Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia berada di 52,9 atau turun 0,8 poin dari bulan Februari.
Meskipun mengalami penurunan, tetapi aktivitas manufaktur RI diperkirakan tetap ekspansif karena berada di atas ambang batas angka 50.
Jika terjadi perlambatan, kemungkinan disebabkan oleh kenaikan kasus infeksi virus Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2022.
Seperti yang sudah diketahui bersama, Indonesia resmi memasuki fase gelombang ketiga Covid-19 dengan kasus Covid-19 harian bahkan mencapai angka hampir 65 ribu pada pertengahan bulan Februari.
Selanjutnya ada rilis inflasi yang juga ditunggu-tunggu. Negara-negara lain terutama negara maju sudah mengalami lonjakan inflasi yang signifikan.
Di dalam negeri, peningkatan inflasi sudah mulai terasa namun masih tetap terkendali di rentang sasaran Bank Indonesia (BI).
Inflasi Indonesia pada Januari 2022 tercatat naik 2,18% year on year (yoy) dan menjadi kenaikan tertinggi sejak Juni 2020.
Untuk bulan Februari BI memperkirakan terjadi deflasi secara bulanan. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Februari 2022, perkembangan harga pada Januari 2022 tetap terkendali dan diperkirakan deflasi -0,10% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Februari 2022 secara tahun kalender sebesar 0,46% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,97% (yoy).
Penyumbang utama deflasi Februari 2022 sampai dengan minggu III yaitu komoditas telur ayam ras sebesar -0,12% (mtm), minyak goreng sebesar -0,10% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,08% (mtm), cabai rawit sebesar -0,05% (mtm), cabai merah, jeruk, angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami inflasi yaitu bawang merah 0,04% sebesar (mtm), tomat dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta beras dan rokok kretek filter yang masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sampai saat ini, sepertinya inflasi belum menjadi masalah yang besar karena masih tergolong rendah dan terkendali.
Sementara untuk kedatangan wisatawan mancanegara, kemungkinan besar tidak bisa diharapkan dengan adanya kenaikan kasus Covid-19 akibat penyebaran varian Omicron.
Namun jika dilihat-lihat dari ramalan pelaku pasar, institusi riset hingga lembaga pemerintah, ekonomi Indonesia masih solid dan tetap on track pada jalur pemulihan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Covid, Krisis Energi dll, Pengusaha Eropa Tetap Pede Lho!