IHSG Akhiri Perdagangan Sepekan dengan Reli 1% ke 6.888,171

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 February 2022 15:35
Seorang karyawan mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (21/3/2018). IHSG pada perdagangan Rabu (21/3/2018) dibuka menguat 0,27% ke  6.260,18 poin dari penutupan kemarin di 6.243,57 poin. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan Jumat (25/2/2022), di tengah pecahnya konflik bersenjata di wilayah Ukraina.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG dibuka naik ke 6.825,371 tetapi kemudian ditutup di level 6.888,171 alias menguat 70,35 poin (+1,03%). Sebanyak 302 saham menguat, 246 lain melemah, dan 135 sisanya flat.

Nilai perdagangan mencapai Rp 24 triliunan dengan melibatkan 24 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 jutaan kali. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 1,44 triliun.

Saham yang mereka buru terutama PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 806,9 miliar dan Rp 346,9 miliar. Keduanya menguat masing-masing sebesar 5,89% ke Rp 16.175 dan 3,64% menjadi Rp 4.550/saham.

Sebaliknya, saham yang masih dilego terutama adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 628,6 miliar dan Rp 135,9 miliar. Keduanya bergerak berbeda arah di mana BMRI flat di Rp 7.700 dan BBCA menguat 0,62% menjadi Rp 8.050/unit.

Nilai transaksi terbesar dibukukan ARTO senilai Rp 5,1 triliun diikuti BBRI sebesar Rp 1,4 triliun. BBCA menyusul dengan total nilai perdagangan Rp 1,1 triliun.

Reli IHSG mengikuti bursa utama Asia yang mayoritas menguat. Indeks Nikkei Jepang memimpin dengan reli sebesar 1,9`5%, diikuti indeks bursa Selandia Baru yang lompat 1,63%. Hanya indeks Hang Seng Hongkong yang melemah, sebesar 0,59%.

Kekhawatiran pasar mengenai risiko perang frontal di Ukraina memudar setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan akan memberikan sanksi ekonomi yang tegas terhadap Rusia karena telah melakukan operasi militer di Ukraina.

Hal ini membuat pasar optimistis bahwa perang yang terjadi di Ukraina kemungkinan besar hanya akan menjadi konflik lokal, yang melibatkan dua proksi yakni kaum separatis Ukraina pro-Rusia melawan pemerintah Ukraina di Kiev.

Hanya saja, ada kabar pergerakan tentara AS di wilayah sekitar Ukraina, yang dikhawatirkan berujung pada perang frontal dengan tentara Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular