Rupiah Kembali Perkasa, Tapi Tetap Waspada!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
25 February 2022 11:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah cenderung menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini (25/2/2022) setelah kemarin bergerak melemah imbas serangan Rusia ke Ukraina yang membuat pasar bergejolak. Namun, rupiah berhasil pulih hari ini.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.365/US$. Pada pukul 11:00 WIB, Mata Uang Garuda stagnan di Rp 14.365/US$.

Performa dolar AS di pasar spot tercatat melemah 0,2% ke US$ 96,942, padahal kemarin dolar AS sempat menguat dan menekan hampir semua mata uang di Asia.

Dari sisi fundamentalnya, grup riset ekonomi Fannie Mae atau dikenal sebagai Federal National Mortgage Association (FNMA) yang merupakan perusahaan jasa keuangan non-bank terbesar di dunia memproyeksikan bahwa akan ada perlambatan aktivitas ekonomi AS dengan inflasi berada dilevel tertinggi dalam empat dekade. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diperkirakan akan memberlakukan pengetatan kebijakan moeneter dengan kenaikan 50 basis poin di Maret, membuat ekonom Fannie Mae menurunkan ekspektasinya untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil 2022.

Proyeksi penurunan tersebut dari 3,1% menjadi 2,8% di tahun ini, tapi ekspektasi untuk tahun 2023 tetap di 2,2%. Hal tersebut dipicu oleh tekanan internal dan eksternal seperti ketidakpastian arah inflasi di masa depan, potensi konflik di Eropa Timur yang masih terus memanas, dan gangguan Covid-19 yang membuat pasar dan perilaku konsumen menjadi tidak terduga.

Namun, indeks volatilitas Chicago Boards Options Exchange (CEBOE) VIX, yang dikenal dengan nama 'indeks rasa takut' (fear index) pada perdagangan kemarin turun 2,26% ke 30,32. Hal ini mengindikasikan nilai volatilitas pasar atau kondisi risiko pasar keuangan global menurun. Walaupun konflik di Eropa Timur masih berlangsung hingga hari ini.

Geopolitik Rusia-Ukraina diperkirakan tidak akan membesar menjadi konfrontasi global. Sehingga, performa rupiah hari ini dapat menguat di pasar spot. Namun, potensi perang masih tetap ada dan membuat Indonesia sebagai negara importir minyak khawatir. Jika harga minyak dunia melonjak lagi, maka Indonesia akan merugi. Kemarin, harga minyak dunia yang melonjak 4,8% sehingga akan berpengaruh terhadap kas negara karena sebagian Bahan Bakar Minyak (BBM) masih subsidi.

Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada Januari 2022 yang sebesar US$ 176,5 juta. Adapun komoditas yang banyak diekspor RI ke Rusia pada Januari 2022 di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai US$ 102,4 juta, karet dan barang dari karet dengan nilai US$ 11,1 juta.

Komoditas terbesar lainnya yang diekspor Indonesia ke Rusia yakni alas kaki dengan nilai US$ 7,8 juta, karet dan barang dari karet dengan nilai US$ 7,1 juta, dan barang lainnya dengan nilai US$ 47,9 juta.

Sementara itu, ekspor Indonesia ke Ukraina pada Januari 2022 hanya terealisasi sebesar US$ 5,4 juta atau setara dengan Rp 76,7 miliar (kurs Rp 14.300/US$). Secara rinci, nilai ekspor RI ke Ukraina pada Januari 2022 turun 83,78% jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada Desember 2021 yang sebesar US$ 33,1 juta.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular