
Wall Street Ambles di Pembukaan, Dow Anjlok 810 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambles pada pembukaan perdagangan Kamis (24/2/2022), di tengah serangan militer Rusia atas wilayah Ukraina yang memicu reaksi keras Blok Barat.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 810 poin (-2,4%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit surut menjadi 686,23 poin (-2,07%) ke 32.445,53. S&P 500 surut 68,73 poin (-1,63%) ke 4.156,77 dan Nasdaq ambles 181,61 poin (-1,39%) ke 12.855,87.
Harga minyak dunia melonjak, di mana acuan kontrak harga di West Texas Intermediate (WTI) naik 8,6% dan melampaui angka US$ 100/barel. Acuan global minyak brent naik 7,75% ke US$ 104,56/barel atau melampaui 100 untuk pertama kali sejak 2014. Harga gas alam lompat 5%.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 1,86%, di mana investor beralih ke aset safe haven. Penurunan yield mengindikasikan harga yang melesat karena aksi buru pemodal.
Saham perbankan turun, di mana Bank of America dan JPMorgan Chase jatuh lebih dari 4,5%. Saham Apple juga anjlok, sebesar 4%, berbarengan denga Tesla yang terbanting 5%. Sebaliknya, saham alutsista menguat seperti Lockheed Martin yang naik 1,5%.
Harga emas naik 3,2% ke US$ 1.970 per troy ons karena investor mencari aset aman. Indeks CBOE, yang mengukur volatiltas pasar dan mencerminkan kecemasan investor melesat ke level 37, atau mendekati level tertingginya tahun ini.
Pergerakan itu terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow melancarkan aksi militer ke Ukraina, untuk "demilitarisasi" dan tak ada niat mendudukinya. Beberapa menit setelah pengumuman, NBC News melaporkan ledakan di Kiev.
Presiden AS Joe Biden mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia. "Hanya Rusia yang bertanggungjawab atas kematian dan kerusakan dari serangan yang dilakukannya, AS dan negara sekutunya akan merespon dengan kompak dan tegas," tambahnya dikutip dari CNBC International.
"Volatilitas pasar adalah normal, tapi penurunan yang kita lihat sejauh ini lebih kecil dari yang kita prediksikan, karena adanya fundamental yang kuat dan harus terus berlanjut," tutur Ketua Investasi Commonwealth Financial Netwwork Brad McMillan, dikutip CNBC International.
Investor masih menunggu rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) dan angka pengangguran sebelum perdagangan dibuka dan data penjualan rumah baru akan dirilis pada pagi hari waktu setempat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir