
Rusia-Ukraina Perang! Tapi Harga SBN Masih Melemah

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (24/2/2022), meski konflik antara Rusia dan Ukraina makin memanas dan sudah menandakan adanya perang.
Mayoritas investor kembali cenderung melepas obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor satu dan tiga tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor satu tahun turun 8 basis poin (bp) ke level 2,326%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo tiga tahun juga turun 3,9 bp ke level 3,469%.
Sedangkan untuk yield SBN berjangka panjang yakni bertenor 25 dan 30 tahun cenderung stagnan pada hari ini di level masing-masing 7,244% dan 6,893%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara menguat 1,4 bp ke level 6,515%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor di pasar obligasi pemerintah RI mengabaikan sentimen dari krisis konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini masih terjadi dan makin memanas.
Sebelumnya pada Kamis malam waktu setempat, terjadi ledakan di ibukota Ukraina yakni Kiev. Tak hanya di Kiev saja, kota Kharkiv, dan daerah lainnya di Ukraina juga turut terdengar rentetan ledakan malam kemarin.
Tim CNN di Kharkiv, bahkan melaporkan mendengar "aliran ledakan keras yang terus-menerus" di beberapa wilayah di Ukraina.
Hingga kini, situasi di Ukraina terkini makin memburuk, di mana laporan spesifik dari negara tersebut sulit dikonfirmasi. Pemerintah Ukraina pun telah memberlakukan kondisi darurat selama 30 hari kedepan.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba melaporkan tepat setelah pukul 07:00 waktu setempat, beberapa kota di negara berpenduduk 44 juta jiwa itu berada di bawah serangan Rusia, dan telah meminta masyarakat internasional untuk bertindak tegas agar mengisolasi Rusia.
Makin panasnya tensi konflik Rusia-Ukraina terjadi setelah pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang mengumumkan operasi militer di Ukraina demi membela separatis di timur negeri itu. Putin sendiri mengakui kemerdekaan di kedua wilayah di Ukraina timur pada Senin, yakni di Donetsk and Luhansk.
Sentimen dari konflik Rusia-Ukraina yang semakin memburuk membuat yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) cenderung terkoreksi cukup besar pada hari ini.
Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung turun signifikan sebesar 12,1 bp ke level 1,856%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 1,977%.
Konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut membuat investor global cenderung menghindar dari aset berisiko seperti saham dan kripto serta beralih ke aset safe haven seperti obligasi pemerintah, termasuk Treasury dan emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi