
Hot! Harga Minyak Tembus US$ 100/barel, Tertinggi Sejak 2014

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia acuan brent mencapai US$ 102,04/barel setelah perang Rusia-Ukraina meletus. Ini merupakan puncak tertinggi sejak 14 Agustus 2014. Saat itu harga minyak mentah dunia jenis brent mencapai US$ 102,01/barel.
Perang yang terjadi di Eropa Timur membuat kekhawatiran meinipisnya pasokan minyak dunia karena peran vital Rusia terhadap ketersediaan minyak dunia.
Rusia adalah negara nomor empat eksportir terbesar minyak mentah di dunia dengan pangsa pasar 11,4% terhadap total pasokan minyak dengan rata-rata ekspor 8 juta barel per hari (bph) selama sepuluh tahun terakhir, mengutip data BP Statistic.
Paling banyak ekspor minyak Rusia ke Eropa. Besarannya adalah 138,2 juta ton pada tahun 2020. Jumlah ini setara 29% total impor minyak Eropa yaitu 475,9 juta ton setahun.
Sementara di urutan kedua ditempat China dengan jumlah minyak yang dikirim Rusia mencapai 83,4 juta ton.
Produksi minyak Rusia mencapai 10,7 juta bph atau setara 12,1% produksi dunia. Jumlah ini menempatkan Rusia duduk di peringkat 3 produsen minyak mentah dunia terbesar. Sedangkan cadangan terbukti minyak mentah Rusia mencapai 107,8 juta barel.
Perang yang terjadi menjadi booster harga minyak dunia yang secara fundamental terjadi defisit pasokan.
International Energy Administration (IEA) memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 3,2 juta bph tahun ini. menjadi 100,6 juta bph menyusul pelonggaran pembatasan sosial.
Sementara kesenjangan antara produksilapangandan targetyang dipatokaliansi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC+)cukup lebar.
Ketimpangan suplai dan permintaan minyak ini diprediksi memburuk karena beberapa anggota OPEC+ masih berkutat dengan persoalan di lini produksi, sehingga memperburuk situasi ketat di pasar.IEA mengatakan kesenjangan antara target dan produksi pada Januari telah melebar menjadi 900.000 bph.
Artinya, OPEC+ berulang kali gagal menaikkan target produksi. Ini akan membuat pasokan minyak tetap tertinggal sementara permintaan melonjak. Dus, harga minyak dunia pun berpeluang meninggi.
Tidak heran,Morgan Stanley memperkirakan harga minyak bisa menyentuh kisaran US$ 90/barel pada kuartal III-2022. Stok yang terus menipis dan terbatasnya investasi migas baru akan membuat pasokan menjadi terbatas sehingga mengerek harga.
Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan minyak pasti bisa reli di atas US$100 per barel, terutama jika pasokan OPEC+ terus tertinggal dari target mereka, sementara produsen Amerika Serikat (AS) gagal merespons dan krisis Ukraina-Rusia memburuk.
Sementara itu, JPMorgan lebih berani dengan perkiraan harga minyak bisa menyentuh US$ 125/barel tahun ini. Pada 2023, harga diperkirakan bisa lanjut menguat, mencapai US$ 150/barel atau tertinggi sepanjang masa, menggeser rekor sebelumnya di US$ 147,27/barel pada Juli 2008.
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tensi Iran-Israel Mereda, Harga Minyak Ambruk 3%