Ukraina Terapkan Kondisi Darurat, Bitcoin dkk Loyo Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat bangkit, mayoritas kripto utama kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (24/2/2022) pagi waktu Indonesia, karena investor terus mengamati situasi ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, hanya satu koin digital (token) berjenis stablecoin dan satu token alternatif (altcoin) yang masih bertahan di zona hijau pada pagi hari ini, yakni Tether dan Terra.
Terra melonjak 6,98% ke level harga US$ 59,08/koin atau setara dengan Rp 847.798/koin (asumsi kurs Rp 14.350/US$).
Sedangkan sisanya kembali terkoreksi pada pagi hari ini. Bitcoin merosot 2,83% ke level harga US$ 36.986,22/koin atau setara dengan Rp 530.752.257/koin, Ethereum melemah 1,92% ke level US$ 2.571,74/koin atau Rp 36.904.469/koin.
Sementara untuk XRP terkoreksi 2,3% ke US$ 0,6959/koin (Rp 9.986/koin), Cardano terpangkas 1,95% ke US$ 0,8644/koin (Rp 12.404/koin), dan Solana drop 2,72% ke US$ 84,97/koin (Rp 1.219.320/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
![]() |
Bitcoin dan kripto utama lainnya kembali terkoreksi mengikuti pergerakan pasar saham global yang juga kembali melemah karena konflik antara Rusia dan Ukraina masih memanas hingga hari ini.
Meski kembali terkoreksi, tetapi koreksi di kripto masih cenderung tidak besar, di mana koreksinya berada di kisaran 1%-2%.
Setelah sempat mengabaikan sejenak dari konflik Rusia dan Ukraina pada Rabu kemarin, kini investor kembali khawatir dengan meningkatnya kembali tensi kedua negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Pemerintah Ukraina pada Rabu kemarin mengumumkan bahwa akan memberlakukan keadaan darurat selama 30 hari dan dimungkinkan dapat diperpanjang. Namun, langkah tersebut harus terlebih dahulu disetujui oleh parlemen Ukraina.
Pemerintah Ukraina pun juga memperingatkan warganya untuk meninggalkan Rusia dan menghindari bepergian ke sana.
Krisis kembali memanas setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk pada Senin lalu.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan sanksi keduanya kepada Rusia, di mana Pemerintahan Biden mengumumkan akan memberikan sanksi kedua bagi perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun pipa gas Nord Stream 2 Rusia.
"Hari ini, saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk menjatuhkan sanksi pada Nord Stream 2 AG dan pejabat perusahaannya," kata Biden dalam sebuah pernyataannya Rabu kemarin.
"Langkah-langkah ini adalah bagian lain dari tahap awal sanksi kami sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Ukraina," tambah Biden.
Sanksi ini diberikan menyusul sanksi tahap pertama terhadap Rusia pada Selasa lalu yang menargetkan bank-bank Rusia, obligasi Rusia dan tiga individu terkaya Rusia yang berkaitan erat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Tetapi, beberapa token alternatif (altcoin) masih diperdagangkan di zona hijau pada hari ini. Salah satunya yakni Terra (LUNA).
Menguatnya token LUNA terjadi setelah keputusan organisasi nirlaba yang berbasis di Singapura, yakni Luna Foundation Guard's (LFG) untuk membuat cadangan berdenominasi Bitcoin sebagai lapisan keamanan tambahan untuk UST, token stablecoin terdesentralisasi Terra.
Di lain sisi, pasokan stablecoin terus tumbuh di saat pasar kripto utama masih tertekan. Data CoinGecko menunjukkan kapitalisasi pasar stablecoin meningkat ke atas US$ 180 miliar, atau naik 32%, dari sebelumnya sebesar US$ 141 miliar saat pasar kripto utama sedang melesat dan mencetak rekor tertinggi pada November 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?
