Pejabat The Fed Terpecah, Rupiah Bisa Curi Peluang Menguat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin kemarin, melemah di awal perdagangan, kemudian berbalik menguat sebelum akhirnya menutup hari dengan stagnan di Rp 14.325/US$.
Perkembangan tensi geopolitik antara Rusia dengan Ukraina yang juga melibatkan AS dan NATO menjadi penggerak utama rupiah, dan masih akan berpengaruh pada perdagangan Selasa (22/2).
Selain itu, perkembangan isu kenaikan suku bunga di Amerika Serikat juga menjadi perhatian utama. Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pejabat elit The Fed (bank sentral AS) terus memberikan pernyataan.
Para pejabat The Fed sepertinya terbelah, beberapa menyatakan mendorong dan membuka peluang kenaikan sebesar 50 basis poin, sementara yang lainnya tidak melihat kemungkinan tersebut dan hanya akan menaikkan 25 basis poin.
Sebelumnya Presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard, menjadi yang paling kencang menyatakan akan memilih untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan.
Kini ada Dewan Gubernur The Fed, Michelle Bowman yang menyatakan membuka ruang kenaikan 50 basis poin. Bowman mengatakan akan melihat data-data ekonomi yang dirilis sebelum rapat kebijakan moneter untuk memutuskan apakah perlu kenaikan sebesar 50 basis poin.
Sementara itu beberapa pejabat elit The Fed lainnya memandang tidak perlu kenaikan suku bunga yang besar.
"Saya tidak melihat argumen yang meyakinkan untuk mengambil langkah besar di awal," kata Presiden The Fed wilayah New York, John Williams, sebagaimana diwartakan Reuters, Jumat (18/2).
"Saya pikir kami bisa menaikkan suku bunga bertahap sambil melakukan penilaian," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Lael Brainard, Gubernur The Fed yang dinominasikan menjadi wakil ketua oleh Biden. Dalam konferensi di New York, Brainard mengatakan perkembangan pasar finansial saat ini "konsisten" dengan langkah yang akan diambil The Fed.
Brainard melihat akan ada "beberapa kenaikan suku bunga lagi" setelah bulan Maret, dan nilai neraca akan mulai dikurangi.
Meski pendapat The Fed terbelah, pasar kini melihat kenaikan 25 basis poin yang paling mungkin terjadi. Ekspektasi tersebut berubah dari sebelumnya 50 basis poin.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group pagi ini, pelaku pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 83,8% suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 basis poin, pada pekan lalu probabilitasnya bahkan mencapai 100%.
Padahal hanya tujuh hari sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin dengan probabilitas lebih dari 90%.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah berakhir stagnan pada perdagangan awal pekan kemarin. Indikator Stochastic pada grafik harian yang masuk wilayah jenuh jual (oversold), membuat rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah dalam dua hari perdagangan sebelumnya.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika Stochastic mencapai wilayah oversold maka USD/IDR berpeluang bergerak naik, artinya pelemahan rupiah.
Mata Uang Garuda kini berada di kisaran rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/MA 200) dan MA 50 di kisaran Rp 14.315/US$ hingga Rp 14.330/US$ menjadi resisten terdekat. Jika level tersebut ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.350/US$ sebelum menuju Rp 14.380/US$.
Jika rupiah mengakhiri perdagangan di atas MA 200 maka itu akan menghidupkan lagi pola Golden Cross.
Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.
Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.
Sementara jika mampu bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.300/US$. Support selanjutnya berada di kisaran Rp 14.270/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)