
Perang Dunia III Maju Mundur, Harga Minyak Dunia Ambrol!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global mengalami koreksi sepanjang pekan ini. Namun ketegangan antara Rusia dan Ukraina menjadi faktor pembatas penurunan harga si emas hitam.
Harga kontrak minyak mentah berjangka Brent ditutup di US$ 93,54/barel sedangkan harga kontrak minyak mentah berjangka acuan AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup di US$ 91,07/barel pada Jumat (18/2/2022).
Kedua kontrak minyak mentah tersebut melemah tipis selama lima hari perdagangan pekan ini. Harga kontrak minyak mentah Brent turun 0,95% sedangkan WTI drop 2,18%.
Pasar kini khawatir akan peningkatan tensi geopolitik Russia-Ukraina akan memunculkan disrupsi rantai pasok di industri perminyakan global.
Maklum Russia merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia dan tergabung ke dalam Organisasi Negara Eksportir Minyak dan aliansinya atau yang dikenal sebagai OPEC+.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk menyerang Ukraina dalam beberapa hari mendatang, meskipun klaim tersebut dibantah oleh Russia.
Adanya disrupsi rantai pasok bisa membuat harga minyak mentah semakin melambung tinggi. Sebagai informasi, harga minyak mentah sekarang sudah berada di kisaran level tertingginya sejak tahun 2015.
Kenaikan harga minyak juga akan membebani negara-negara maju terutama AS yang mengalami tekanan inflasi. Pada Januari 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 7,5% year on year dan menjadi yang tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Namun di saat poros Russia-Ukraina-AS memanas, ketegangan antara AS dan dunia dengan Iran cenderung mereda ssehingga membuat harga minyak mentah tak bisa naik banyak atau cenderung melemah.
Melansir Reuters, seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan bahwa kesepakatan AS-Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 sudah dekat tetapi keberhasilan tergantung pada kemauan politik dari mereka yang terlibat.
OPEC+ akan bekerja untuk mengintegrasikan Iran ke dalam pakta produksi minyaknya jika Teheran dan kekuatan dunia mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir mereka.
Menambah tekanan pada minyak WTI, pengebor AS menambahkan empat rig minyak minggu ini, dengan jumlah rig naik ke 520, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Tergelincir